Perjalanan Menuju "Gila"

http://gifs.gifbin.com/102009/1254739692_rain_drops.gif

Rasa ingin sendiri. Benar-benar gak mau diganggu. Keinginan untuk mengurung diri dalam satu ruangan tak berpenghuni. Semua itu masih manusiawi. Terutama ketika ada masalah yang menimpa atau ada pikiran yang berkecamuk dalam otak dan rasa yang tidak jelas dalam hati. Semua wajar ketika ada satu sosok manusia menginginkan kesendirian, kesunyian, dan tidak ada yang datang mengganggu. Sensitifitas diri meningkat. Gak cewek, gak cowok. Sama aja.

sumber : divisi dekdok makrab arsitektur 2013

Sumber : ini foto gue, serius!

Pernah denger dong "Sengsara membawa nikmat"? Ini judul novel dan film jaman jahiliyah. Jaman pager aja masih belum merata se-Indonesia. Hehehehehe. Sebenarnya ada apa nggak sih sengsara yang membawa nikmat tuh? Hmmmmm.

Menurut gue sih tergantung si korban kesengsaraan sih ya. Gini maksud gue, mmmmm. Apapun yang terjadi, cobalah untuk dinikmati. Sesengsara apapun elo, kalo lo nikmati pasti enjoy-enjoy aja. Misalnya, lo lagi sengsara gara-gara banyak pembeli yang mesen produk handmade elo, sedangkan lo lagi banyak tugas (kalo masih mahasiswa) atau lagi banyak kerjaan (kalo dah lulus). Sengsara, iya. Tapi setelah itu kan lo bisa dapetin link dan fresh money. Ya nikmati aja prosesnya. Ada hikmah dibalik semua itu.

sumber : http://eventjogja.com/try-out-akbar-sma- smk-sediy-jateng-lulus-uan-menuju-kampus-impian/

Lagi liat-liat foto di Facebook dan buka album Instagram. Ini foto yang gue ambil ketika gue ikut Try Out 2013 di UNY (Universitas Negeri Yogyakarta).

Hm? iya memang, gue udah sarjana, iya gue tau. Tapi ini diawal tahun, lebih tepatnya Minggu, 20 Januari 2013 gue ngintil adik gue yang masih kelas 3 SMA.

Satu minggu sebelumnya, adik gue bawa tiket gitu deh. Gue kira tiket konser. Ya namanya anak SMA, walaupun gue tau adik gue gak doyan dempet-dempetan ama sesama cowok berkeringat di satu lapangan atau ruangan besar sambil mendongak

Sumber Gambar : 3D buatan sendiri

Jadi begini ceritanya. Setelah semingguan lebih di Jakarta, akhirnya gue masuk ke markas pertapaan gue lagi. Sebuah rumah kontrakan yang isinya macem-macem banget. Mulai dari bocah ampe orang tua juga masuk kesini. Mau salto kek, mau ngedesain kek, mau shooting kek, mau edit-edit apaan kek, internetan doang kek, terseraaaah.

Senin malam, gue masuk ke markas yang saat itu lebih mirip kaleng sarden daripada rumah. Ramai banget dan isinya temen-temen kru film adik gue yang kuliah di jurusan Komunikasi. Gue gak mau ganggu. Gue langsung masuk ke ruang kerja gue, keluarin laptop dan online. Ada yang beda kali ini di markas. Semacam, mmmmmm, hawanya lebih panas dan gak enak banget. Kalau dibilang ini akibat perokok-perokok aktif yang ada di dalam ruangan, kayaknya bukan. Biasanya juga gitu, tapi hawanya gak pernah separah ini.

Sumber Gambar : http://2.bp.blogspot.com/-SSfcdVp1fkw/UFXnNSki29I/ AAAAAAAABMI/8eF7X3BoTk4/s400/Take-Action.jpg

Tidak ada satu manusia pun yang tidak memiliki mimpi, harapan, keinginan, tujuan dan niat. Manusia bergerak dan bertindak selalu memiliki latar belakang dan motivasi. Kalau ada yang bilang, "tidak ada lagi tujuanku dalam hidup ini" itu bukan berarti dia memang tidak punya tujuan lagi, tapi dia menyangkali adanya harapan yang dia miliki.

Bermimpi, merupakan hal yang paling manusiawi. Dari mimpi, manusia punya kekuatan untuk menjadikannya nyata. Banyak jalan, banyak cara, banyak yang bisa dilakukan untuk mencapai impian. Ada tahapan mutlak untuk menggapai impian atau keinginan.

Berapa persen nih mahasiswa yang gak punya koneksi internet di kontrakan atau di kost? Dan berapa persen juga mahasiswa yang punya?

Ngeliat dari realita yang ada sih, anak muda kebanyakannya punya, karena memang kebutuhannya seperti itu. Ada istilah "kuliah online", "perpustakaan online", "pengumpulan tugas online", "KRS atau Key In online", "pengumuman online". Bahkan nanya tugas ke temen untuk minta contoh tugas dia, do'i malah dimintain alamat email untuk kirim soft-file nya. Semua serba online kan? Gw rasa itu cukup untuk membuat seorang mahasiswa merasa koneksi pribadi harus ada diruangnya, biar gak usah lagi ke warnet atau jauh-jauh ke kafe tengah malam karena ada tugas dateline yang harus dikumpulkan tengah malam. --NB: dan gaya belajar yang seperti ini udah merepet ke makhluk-makhluk yang masih SMA--

image : http://i499.photobucket.com/albums/rr355/zhombee/download15.jpg

image : http://candornews.files.wordpress.com/2012/07/anxiety_depression_may_raise_stroke_risk.jpg

Intermezzo : "sori yak, gue baru ada waktu buat lanjutin lagi cerita ini, sekian lama berlari-lari dikejar deadline, bayangin aja gue lagi lari, bawa laptop, nulis, dibelakang gue ada monster yang dijidatnya ketulis -DEADLINE-"

Siapa yang nyangka kalo gue yang udah siapin waktu untuk untuk datang ke wisuda temen gue dan udah siapin kalimat ledekan "Heh bro, kurang baek apa gue jadi sohib, lo wisuda gue dateng, tapi gue wisuda lo gak ada kabar" dan semua rencana itu ada dalam waktu yang kini sudah terlewati.

Gue bengong..... bengoooongggg.... terus gue periksa gigi gue, ada ompongnya apa ngga (apaan sih)..

Ternyata si Ibu benar-benar gak sadar dengan ke-bengong-an gue. Yaudah sih.
"Liat dong profile dia di fesbuk. Ayo!" Si Ibu masih aja maksa.
"Iya bu, iya" gue pasrah sambil keluarin iPad gue untuk mulai buka fesbuk.
Baguus, sinyal provider yang gue pake di iPad tipis, gak ada 3Gnya. Gue mengharap ada hi-speed wifi.
"Gak ada wifi disini. Pak, Pak, permisi dulu, komputernya mau dipakai nih!" ini informasi yang cukup bikin kecewa dari ibu Customer Service ini. Saking maksanya, bapak-bapak bagian administrasi diusir demi komputernya gue pake untuk online, cari profil keponakannya dan add her as my facebook friend. Fine.

Gue gak tau, kenapa gue sekarang kembali lagi gak bisa tidur dimalam hari. Gue kembali ke masa dimana gue gak bisa kontrol perputaran otak gue. Padahal sebelum saat ini, gue udah berhasil untuk hidup normal.

http://statik.tempo.co/?id=38817&width=475

Melanjutkan postingan >Perjalanan Menuju "Gila" - part 1<
Cerita selanjutnya, setelah kemarin gue nekad ke Serang dan kesasar di Cilegon.

122361306154509854shokunin_backpacker_on_a_phone.svg.hi.png

Udah lama banget ya gak posting cerita dan pemikiran, ya ampuuun..

Hari ini, mungkin sudah 2 bulan gue di kota yang katanya kejam.. Ibukota.. Jakarta.. katanya sih gitu.. Pernah dengar di Prambors jaman gue belom lahir, yang pembawa acaranya masih dono kasino indro. Mr. Indro sempat menyatakan,"Sekejam-kejamnya ibu tiri, lebih kejam Ibukota" hahahaha. Dulu gue gak percaya, karena tiap gue ke Jakarta, gue cuma liburan atau ngikut orangtua untuk silaturahmi dengan kerabat-kerabatnya. Kini, gue datang sendiri tanpa mengandalkan apa-apa. Akhirnya terbentur sana sini karena gue tetap bersikukuh dengan keputusan "gak mau jadi pegawai" sekalipun cukup banyak yang ingin gue kerja dikantornya sebagai salaryman.. Maaf ya pak, bu, om, tante :)

Hasil penemuan Google dengan kata kunci "Jakarta"

Banyak cerita yang gue dengar dari orang-orang sekitar gue. Gue ceritakan sedikit biar ada bayangan kearah mana pembicaraan kita kali ini.

Dari Adik Kandung gue:

• Bang, kemaren disekolah temen-temen gue pada ngajakin tawuran. Gara-gara sekolah musuh corat-coret sekolah gue dan ngajak tarung. Terus sebelum berangkat, semua anak cowok pada briefing dan akhirnya berangkat ke sekolah musuh. Gue juga ikut. Pas ya ketemu musuh, gue baru sadar kalo sekolah gue kalah jumlah, padahal pas berangkat tu rame banget. Dan lo tau gak? ternyata pas berangkat tu gak semua ke sekolah musuh, tapi kabur masing-masing. Sialan. Dan lebih sialan lagi, tadi orang-orang yang gak muncul pas tawuran kemaren, gayanya selangit bener, sok punya kontribusi, sok jago, sok preman, cerita dikejar si-Anu, ribut sama si-Anu. Dasar kampong! Pengecut!