Kupu-kupu Kita (Pengantar Surat yang Tersirat)

Kamis, September 26, 2013



Hitam.....
Kegelapan malam yang kita pilih demi sebuah pengakuan
Gelap......Hening......
Seakan kita tidak peduli tentang terang
Sepertinya kita menikmati kesunyiannya
Bahkan kita tak mau beranjak dari kesendirian kita

Putih.....
Ketika itu hanya ada satu titik putih yang menemani
Semakin diperhatikan, titik itu memakin melebar
Semakin meluas....
Kini ada banyak titik-titik kecil disekitarnya
Mungkinkah itu harapan kita untuk bisa lebih optimis?

Coklat....
Si pahit yang seringnya menjadi manis
Seluruh dunia mencarinya
Apakah itu yang menjadi tujuan kita?
Ya, kita pasti bisa menciptakan berbagai cita rasa
Cita rasa yang dapat memberi senyum dalam sedih

Hitam, putih, coklat.....
Perpaduan itu mewarnai seekor kupu-kupu
Kini ia termenung diatas lututku
Aku terdiam sejenak setelah membaca warnanya
Jantungku berdegup sangat kencang
Beberapa sendiku bergetar

Hey, kota ini tidak mungkin ada kupu-kupu!
Apa tujuanmu datang kesini?
Hanya untuk hinggap dilututku, lalu terbang lagi meninggalkan bimbang?
Hal apa yang ingin kau sampaikan?
Sayapmu bergerak perlahan, seperti bibir yang ingin berkata
Otakku berputar, batinku berdebat sendiri

Wahai kupu-kupu
Aku merasa engkau datang mewakili dia menemuiku
Perasaanku yakin engkau datang padaku demi dia
Aku juga yakin kau dapat mendengar batinku
Aku berkata dalam cemas
Aku memanggil dalam harap

Yap, respon itu yang aku inginkan
Kupu-kupu itu berputar menghadapku dan menatapku lama
Cantik, perpaduan dari banyak hal yang ada pada dirimu
Namun takkan kutangkap untuk kepuasanku sendiri
Banyak yang menginginkan kehadiranmu
Bukan hanya aku

Terbanglah, kupu-kupu
Hinggapi daun-daun lebar itu untuk pijakanmu
Siapkan sayapmu untuk terbang
Sampaikan bahwa aku memanggil dia
Sadarkan bahwa aku masih menunggu dia
Dia yang telah berjanji akan menemuiku


(Dwindi Ramadhana, 2013)

You Might Also Like

0 comments