Aku dan Lidahku, Hidupku
Senin, Maret 24, 2014
Kau tahu kopi? Ya, biji hitam yang dihancurkan lalu diseduh. Semua orang menikmatinya. Apa semua orang bisa menenggak expresso? Gak semua. Cuma orang-orang yang bisa menikmati pahitnya expresso dan rasa kopi yang sangat pekat yang memesannya. Biarpun mahal, biarpun hanya segelas kecil. Bahkan ada yang nekat memesan double expresso karena tidak akan puas menikmati kopi pekat di gelas mini. Aku hanya memesannya ketika muak dengan manis.
Apa kau juga tahu strawberi? Buah merah yang biasanya dihidangkan bertumpuk diatas wadah. Semua orang harus berasumsi sebelum mencomot sebuah untuk mengunyah, mengecap dan menelannya. Tentu saja, memilih dahulu mana yang sekiranya manis, sekiranya asam, sekiranya kecut. Seolah-olah buah ini mengejekku yang selalu mengambil tanpa peduli rasa apa yang akan masuk dalam mulutku. Karena aku tidak berasumsi sebelum mencomot. Aku suka strawberi, tak peduli nanti yang manis, yang asam maupun yang kecut.
Pasti kau tahu mangga, kan? Mangga yang dijual orang-orang pastilah yang sudah matang. Karena manis, karena lembut, karena seratnya sangat terasa. Itu makanya aku tak pernah membelinya. Aku selalu mengincar mangga yang masih muda. Yang kecut, yang keras, yang bergetah. Karena aku suka hal yang menantang. Aku menjebak diriku dalam masalah demi merasakan sensasinya kelabilan orang yang keluar-masuk kamar mandi demi membetulkan kondisi perutnya.
* * * * *
Hmmmm, Kenapa kalau expresso? Kenapa dengan strawberi? Kenapa harus mangga muda? Sederhana saja.
Meminum expresso bisa untuk mengetahui seberapa pahit yang bisa dirasakan lidah. Seberapa pahit pengalaman yang bisa diterima badan. Kemungkinannya cuma dua. Mampu menelan kepahitan itu, atau malah meludah karena lidah tak sanggup?
Strawberi. Dengan rasa yang berbeda-beda tanpa diketahui lebih dulu. Memaksa lidah harus siap dengan segala kemungkinan. Pengalaman manis kah? Pengalaman asam kah? Pengalaman kecut kah? Tentu saja dibutuhkan kesiapan batin sebelum lidah siap dengan rasa yang "random".
Menikmati mangga. Kenapa mangga muda? Bukan, bukan karena aku ngidam, aku laki-laki dan aku tidak hamil. Aku menikmati mangga muda karena belum tentu semua lidah yang ada dibumi ini mampu mengecapnya. Berani mengecap mangga muda, itu sama saja menyuruh badan melabil karena harus bolak-balik ke kamar mandi. Raga lemas, jantung berdegup kencang, hati jenuh, dan boros air.
*(Tulisan ini sesuai kenyataan, namun menjadi analogi. Jika kau sadar.)*
Dwindown
0 comments