Perjalanan Menuju "Gila"

Setelah bertahun-tahun berkutat dengan software Cinema 4D, gue masih aja ngerasa "kesepian". Tidak seperti pengguna-pengguna software lainnya yang bahkan punya komunitas yang kuat, sebut saja Blender atau Maya. Akhirnya gue mulai berfikir untuk menyebarkan virus Cinema 4D ini dengan membuat tutorialnya dalam bahasa Indonesia. Memang gue belajar dengan tutorial-tutorial berbahasa asing, tapi gue entah dari mana menemukan kendala orang-orang Indonesia kebanyakan ketika belajar tutorial adalah kendala bahasa. Maka, demi menambah teman sesama pengguna Cinema 4D di Indonesia, gue menyempatkan diri untuk membuat tutorialnya. Tujuannya agar bagi yang sudah tertarik bisa semakin mendalami ilmunya, dan bagi yang belum tau malah tertarik untuk mulai belajar. Sebenarnya ini sistem pengkaderan. Hahaha.

Tapi setelah beberapa lama membuat tutorial, mungkin karena gue masih terhitung kurang sering mengupload tutorial di youtube, gue masih merasa "kesepian" walaupun udah cukup bertambah beberapa teman yang senasib. Salah satunya teman gue yang bela-belain datang dari Jakarta hanya untuk menemui gue dalam rangka merencanakan sebuah grup yang berfokus pada pembelajaran software Cinema 4D.

Kali ini, gue memuat konten blog ini dengan sebuah video log, yang sepertinya bisa lebih membantu gue dalam menceritakan bagaimana grup ini akhirnya dibuat. Harapan gue, grup ini bisa semakin berkembang dengan bertambahnya member yang aktif dan memicu munculnya diskusi-diskusi menarik sehingga sharing sesama pengguna Cinema 4D di Indonesia bisa semakin optimal.

Sebelumnya, Selamat Hari Raya Idul Adha ya!

Setelah berbulan-bulan vacuum ngeblog, walaupun banyak hal yang menggelitik untuk ditulis disini, tapi gue masih juga belum sempat untuk konsisten lagi untuk nulis. Hari ini, harus posting! Gitu pikiran gue. Hehehehe

Untuk yang entah keberapa kalinya. Tadi malem gue denger orang bertakbir (takbiran), dihiasi oleh backsound petasan. Dari gue bocah, ampe sekarang, gue belum tau apa kaitannya lebaran dengan petasan. Kenapa petasan? Bahkan dulu waktu gue masih kelas 1 SMP, kelinci peliharaan si Wendo (adek gue) mati gara-gara stres dengerin petasan segede bom pas di depan rumah gue. Huft.

Gue jadi inget, sewaktu SMA gue gabung sebagai remaja masjid di Masjid Agung Tasikmalaya. Lo tau gak? Setiap kali gue berangkat kuliah Shubuh, gue ngelewatin jalanan yang pinggir kanan kirinya anak-anak nongkrong yang selalu nyalain petasan. Itu adalah salah satu titik kota Tasikmalaya yang aroma mesiunya kuat banget di bulan Ramadhan. Gue sempat bingung, gue berangkat kuliah Shubuh atau berangkat perang?

Foto sepulang sholat Ied

Kembali ke hari ini. Pagi-pagi gue berjalan kaki ke tempat diselenggarakannya sholat Ied di daerah rumah gue. Ketika sudah sedikit lagi sampai, mata gue dimanjakan oleh pemandangan balon-balon yang melayang-layang namun tertahan tali yang dipegang anak kecil. Karena ini bukan pengalaman pertama kali, gue sempat terfikir, "Ah, mungkin ini khas lebaran disini." tapi kalau memang balon itu ada untuk memeriahkan lebaran, kenapa balonnya gak berbentuk onta atau sapi atau kambing gitu? Kenapa harus Upin Ipin? Kenapa harus Rapunzel? Kenapa harus Frozen? Kenapa model pesawat? KENAPAAAA????!!!!!

Mari kita pikir-pikir lagi. Mungkin itu hanya taktik dagang si mas-mas penjual balon. Namanya anak kecil kan gak peduli ada kaitannya dengan lebaran atau nggak. Yang gue heran, kenapa orang tuanya ngebeliin gituan ya? Gue yakin kalo jaman gue kecil ada balon gituan pas lebaran, bukannya gue dibeliin pasti malah dimarahin bokap. Hmmm.

Ya gue gak mau menyalahkan begitu saja para orang tua yang ngebeliin atau anaknya yang entah-kenapa-minta-beli-balon-itu. Perkaranya adalah balon itu dibeli sebelum sholat Ied dimulai. Pemandangan gue sepanjang sholat dan mendengar khotbah, ya balon.... yang bentuknya pesawat! Sholat gue sih gak terganggu. Yang gue sayangkan, suasana suci rangkaian pelaksanaan sholat Ied jadi pudar aja gara-gara diwarnai hal-hal yang gak ada kaitannya dengan ibadah gitu.

Sebenarnya ini besar kaitannya dengan tesis gue yang sampai sekarang belum juga kelar. Yaitu mengenai sakral dan profan sebuah lingkungan masjid. Ada pergeseran makna dan pengkategorian, dimana dan kapan saatnya berfokus pada yang sakral, dimana dan kapan saatnya boleh bermain-main dengan profan. Makanya kesel gue jadi dobel nih. Pertama, balon-balon itu jadi sampah visual bagi mata gue. Kedua, ngingetin gue sama tesis yang gak kelar-kelar. Haaaahhh......

Terakhir. Gue merangkum isi postingan ini dengan pertanyaan : dari mana asal keterkaitan antara lebaran, petasan dan balon? Gue belum nemu jawabannya.