Perjalanan Menuju "Gila"

Sebelum gw mulai mengoceh disini, gw mau minta maaf yang sebesar-besarnya kepada polisi-polisi lalu lintas karena gw bakal ngebahas tentang mereka. Dan gw mohon kelapangan dadanya untuk menerima tulisan gw sebagai pandangan warga biasa kayak gw :)

Pernah gak kejebak macet di kota? gw rasa ampir tiap orang pernah ngerasainnya. Ya macet panjang biasa suatu perempatan dengan countdown timer di traffic light bisa sampai 120 detik bahkan lebih. Tapi gak masalah, gw rasa itu masih lebih "OK" dari pada ada para polisi lalu lintas yang mulai bertindak sebagai "traffic light" yang menentukan jalan atau tidaknya salah satu jalur di perempatan tersebut. Dan yang sering terjadi mereka mulai bertingkah seperti itu kalau ada pejabat yang mau lewat tanpa mau kena "LAMPU MERAH". Okey, masihkah kita percaya ada pejabat yang mau "MERAKYAT" seperti koar-koar mereka saat kampanye biar kita milih dia untuk jadi seorang pejabat? Itu cuma omong kosong belaka.

apa ada salah satu kambing putih yang terlihat spesial?

Jangan pernah berfikir kalo lo harus selalu maju untuk menjadi unggul. Ayo kawan, jangan liat sesuatu hal hanya dari satu sisi aja, masih banyak sisi lain yang memperlihatkan celah yang lebih baik untuk diperani. Dan lo bakal tau bahwa celah itu hanya sedikit yang liat dan lo adalah salahsatu dari yang sedikit itu.

Itu sama artinya dengan menjadi kaum minoritas, menjadi bagian dari kelompok yang kecil. Melihat kehidupan sekarang ini, gw rasa banyak keuntungan dengan menjadi minoritas. Gak percaya? Silakan, hahahahaha. Untuk judul ini gw biarkan kalian (para pembaca) untuk bermain-main dengan asumsi masing-masing. Yang jelas, menjadi bagian dari minoritas akan menjadikan minoritas itu sesuatu yang WAH, sampai akhirnya minoritas ini akan selalu mempertahankan ke"minor"annya, karena mayoritas akan selalu mencari dan mengikuti sang minoritas :) Minoritas ini kalau di translate ke bahasa gaul mungkin jadi Trend Setter.

Pernah denger tentang komponen Cowok dan Cewek belum?
Katanya sih gini nih:

Cowok itu terdiri dari 9 OTAK dan 1 HATI

Cewek malah terdiri dari 1 OTAK dan 9 HATI

 pernah gak?

Gw rasa sih ada benernya. Malah dari teori singkat itu gw bisa ciptain teori-teori lain yang lebih spesifik tentang hal ini.

Gini, Cowok yang terdiri dari 9 OTAK dan 1 HATI. Itu berarti cowok hampir selalu menggunakan akal atau pikiran atau logika untuk menyelesaikan setiap masalah hidupnya. Sebaliknya, Cewek, hampir selalu menggunakan perasaannya untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah hidupnya. Percaya? Gw sih percaya gak percaya. Tapi dengan tertulisnya blog ini, anggep aja posisi gw sedang percaya,hehehehe

So, apa yang lo pikirin tentang menunggu? membosankan? Ya sama, gw juga bilang gitu. Gak cuma membosankan, tapi juga mengesalkan. Apalagi menunggu lo itu cuma jadi hal yang sia-sia.

Apapun yang lo tunggu, jelas sesuatu yang gak pasti. Kenapa? Lo bisa mastiin yang lo tunggu itu bakal dateng? Nggak kan? Jelaslah sudah. Sedetik kedepan saja gak bisa lo pastiin apa yang bakal terjadi, apa lagi berjam-jam sampe berminggu-minggu yang akan datang, semua masih semu. Lo gak bisa pastiin apa yang bisa terjadi. Jadi, sambil menunggu itu, sebaiknya lo gunain waktu lo untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi nanti, siapa tau gak sesuai dengan yang lo harapin.

Liat-liat di google kayaknya gw belum nemu ni teori tentang pertarungan antara muka boros dan awet muda. Yang ada cuma cerita-cerita aja dan mentok-mentok iklan produk anti-aging biar tetep awet muda. hahahaha

Yaudah, gw mau share teori gw tentang 2 hal yang bertolakbelakang ni aja, terserah mau setuju apa nggak yang penting gw share ke lo-lo semua.

Sejauh pengamatan gw tentang hal ini, kayaknya ada hal meta-fisik yang berhubungan dengan usia muka, kenapa bisa cepet banget (boros) dan kenapa bisa betah banget (awet gitu loh), yaitu PENGALAMAN HIDUP.

Di rumah :
Gw nonton tivi dan tayangannya pembahasan (istilah gaulnya : gosip) tentang selebritis dari yang penting-penting (seleb meninggal atau prestasi seleb Indonesia) ampe yang bener-bener gak penting (seleb lagi perawatan wajah aja di sorot, cape deh).

Di kampus :
Gw denger atau malah terjebak omongan tentang si A ama si B yang sering jalan berdua dan disinyalir udah jadian, dosen A yang ikutcampur urusan mahasiswa, asdos yang bisa dibodohi, dan lain lain.

Di tempat kerja :
Temen gw ngomongin klien gw yang ini yang gitu dari yang baik-baik sampe yang buruk-buruk. 

Gw pikir, yang gw tulis diatas itu ada korelasi kuat dengan istilah "image atau citra diri seseorang". Apa yang lo pikirkan tentang image tersebut?

Lo pernah berharap? apa yang lo rasain waktu lo punya harapan? Pengen harapan lo bener-bener terjadi? Wajar :)


Gw riset di wikipedia tentang harapan, suntingannya sebagai berikut :

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. ^[1]Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud.^[2] Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. ^[1] Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.^[2]
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi/ proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".
Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.

So apa yang lo pikirkan tentang harapan?

Pertanyaan yang sering banget ditujukan ke gw, "Apa sih gunanya merokok?"

Yaudah, gw jawab disini sekalian deh. Gunanya rokok buat gw, hmmm, entah, gw sendiri pun gak tau. Gw tau rokok itu buruk. Dan gw yakin setiap perokok pun tau akibat dari merokok tu apa. Rokok memang bikin orang tambah kere, dan juga bikin orang jadi dijauhin sama non-perokok. So, apa gunanya rokok?

Mungkin alasan gw gak bisa diterima ama orang-orang tertentu, apalagi yang antipati banget soal rokok. Alasan gw merokok cuma untuk nambah temen. Just it. Kok bisa? Karena sebagian besar gw dapet temen karena batangan-batangan tembakau itu. Gw bergaul ama tukang becak, kuli bangunan, preman, ampe polisi jaga karena gw ngerokok bareng ama mereka. Dan gw bisa kenal ama orang-orang tajir gara-gara gw juga ngerokok bareng ama mereka. Gw jadiin rokok itu media untuk nambah-nambah temen.

Sejak gw SMA sampe sekarang, gw ngeliat lebih banyak orang yang merokok dibanding yang nggak. Dan rokok merupakan hal yang penting bagi mereka untuk menjadikan diri mereka lebih relax dan bisa berfikir lebih baik. Celah yang kayak gitu yang gw jadiin kesempatan, dengan bisa merokok bareng, mereka bisa nerima gw dan mau denger ocehan-ocehan gw.

Gw sering banget denger percakapan kayak gini, entah lo-lo pada pernah atau ngga, atau mungkin malah menjadi pelaku atau mungkin juga korban pembicaraan kayak gini,

"Gimana? Lo percaya gw apa dia?"
"Hmm, gw percaya dia."
"Musyrik lo. Ati-ati kafir lo. Percaya tu ke Allah, bukan ke dia"

Hidup itu udah jelas isinya tentang pilihan..
Tapi inget kawan, tiap pilihan yang ada punya resiko masing-masing..
Secara umum gw bisa buat dua poin tentang resiko ini :

1. Resiko karena memilih jalan yang lo pilih, dan juga
2. Resiko karena meninggalkan jalan yang gak lo pilih..

Kedua resiko yang gw sebutin itu bakal lo jalanin kedua-duanya seiringan..
Dan selalu mempersiapkan diri untuk menerima resiko setiap lo terkena persimpangan pilihan..
Persimpangan ini terkadang ngasih lo waktu untuk berfikir panjang, dan kadang malah mengharuskan lo untuk memilih secepatnya..
Bersiap-siaplah kawan.. Karena resiko yang bakal lo tanggung gak selamanya cuma perkara ringan, dan lo gak bakal tau kapan lo ketemu persimpangan pilihan ini..

Dalam hati gw jawab, “apa bedanya anak muda ama kakek-kakek tajir nunggu mampus yang dapetin cewek karena harta?”

Muka menderita anjing dan kucing :))

Gak setuju?

Coba jawab pertanyaan gw:

1. Punya sohib*? Kalo punya, kenapa dia bisa jadi sohib? karena kalian selalu bersenang-senang bersama atau karena menanggung suka duka bersama?
2. Punya temen biasa? kalo iya, kenapa cuma biasa? Karena gak pernah menderita bareng? atau karena gak pernah seneng-seneng bareng?
3. Kenapa ada istilah "teman sependeritaan" dan "teman seperjuangan" yang jelas-jelas bakal lebih bermakna dibanding "teman shopping"** atau "teman karaoke"**?

Hidup adalah perjuangan, gitu kata orang-orang jaman dulu. Berarti selama kita hidup jelas kita harus berjuang. Kalo gak berjuang berarti gak hidup. Deal? hehehhe

So, dengan kata perjuangan ini, akan kembali muncul kata "kompetisi" yang membutuhkan sifat "kompetitif". Kompetitif, menurut bahasa adalah bersifat kompetisi (persaingan) dan saing adalah berlomba (atas-mengatasi, dahulu-mendahului). Nah untuk menang kompetisi, tentu kita harus punya modal untuk mendahului kompetitor yang lain itu. Permasalahannya, modal apa yang harus dimiliki tersebut?


Pilihanmu untuk bisa mengungguli kompetitor lain ada dua, yaitu:

Lama gak nulis, mari berbagi lagi, hahaha..

Awal masuk kuliah gw gak pernah ngerti kenapa di kelas gw banyak mas-mas,abang-abang,atau mbak-mbak yang entah ngulang atau baru ngambil matakuliah yang sama ama gw. Dalam otak gw berfikir, "Pemalas amat sih orang-orang ni!". Dan gak tanggung-tanggung,tiga sampai empat angkatan di atas gw pun juga ada. Setelah tanya-tanya ke mereka, jawaban yang gw dapet adalah sebagai berikut:

1. Bermasalah dengan dosennya,
2. Cuti karena kerja,
3. Keteter antara tugas kampus dan juga proyek-proyek.

--->> gw masih merasa gak puas, masa segitunya sih ampe kuliah ditinggalin??