PMG2 - Selimut Imajinasi - the end
Minggu, Februari 09, 2014Dwind-own photo |
Perjalanan ini ada dalam otak dan hati. Ketika semuanya semu dan gue biarin tetap semu. Gejolak antara jiwa dan raga yang pergi mencari jati diri. Mencari jawaban yang dinanti. Berusaha menjawab tanpa bertanya pada siapapun. Perang dengan diri sendiri. Disaat cinta tak nyata, berawal dari misteri, beranjak menjadi imajinasi dan berakhir tragedi. Pencarian jawaban dengan berlari, menyendiri, menulis dari perenungan, berdikusi dengan diri sendiri.
Pertempuran panjang antara mencintai, menyesali dan mengakhiri. Tatkala malaikat datang dengan memamerkan sayap terbentang mempesona. Sayap dengan bulu-bulu hangat ketika memeluk. Tersentak ketika banyak suara yang membangunkan. Tersadar dari mimpi tanpa lelap, lalu melayang tamparan halus nan pedih. Jiwa tak kuasa menahan hingga memilih berlari. Berlari dengan hati yang mencari. Menentukan keputusan untuk tetap didalam mimpi atau masuk ke dunia nyata kembali. Seakan mudah. Namun sulit yang gue hadapi. Pikiran berpencar, terberai dengan keegoisan masing-masing. Ego untuk percaya imajinasi dan ego untuk mengakhiri mimpi. Gue ini hidup, maka jalani jalan hidup pula. Nyata, bukan mimpi. Telah banyak masa yang terlewati sia-sia tanpa arti.
Timbang menimbang penuh pengaruh diri sendiri. Sengaja. Diri tertutup dalam kelambu yang diatur agar tak ada yang menambah pengaruh. Gue hanya mau berfikir, berdiskusi, berdebat, berperang dengan diri sendiri. Tak ada orang lain, tak ada ego otak maupun hati. Musnahlah sejenak, atau selamanya. Gue sedang menjalani perjalanan gue sendiri. Menatap langit, menyusur darat, menyebrang selat, berkurung dalam ruang. Mulai banyak jawaban terungkap oleh jiwa yang terperangkap. Keputusan dicetuskan. Memilih yang nyata, membiarkan yang semu. Biarlah nyata menjadi lebih nyata didepan mata, dan semu tetap bersemayam diruang semu pula. Maka semu akan menjadi cerita yang takkan pernah nyata. Sesungguhnya semu mengiring rugi, lalu bagaimana bila semu itu menjadi nyata. Gue akhiri.
Perjalanan menuju "Gila" yang nyaris membuat gue gila. Beruntung otak masih mampu merasa dan hati pun masih mampu berlogika. Keterbalikan yang dimanfaatkan sebagai penangkal kewarasan ketika masalah tak waras menyerang. Gue sempat lupa mampu melakukannya. Cukup banyak pelajaran yang dapat di peras dari perjalanan kali ini. Disaat logika terlalu kuat mencipta suasana hingga hati terlena. Sering menaifkan diri bahwa semu adalah nyata. Misteri banyak terungkap dengan selidik penuh logika. Matikan rasa ketika berlogika. Keganjilan mencurigakan bermunculan. Bulu-bulu sayap hangat saat mendekap kini berguguran. Patahkan sayap terbentang mempesona membuat tanduk merahnya mencuat. Setan! Cerita yang gue kira murni ternyata oplosan. Ada pihak lain yang mengambil alih alur cerita menjadi tak pernah berakhir.
Banyak mata yang menyaksikan alur yang masih juga belum tuntas. Masalah selesai dengan masalah. Masalah terlewati untuk mendapatkan masalah. Masalah dan masalah. Entah ada atau tidak, yang jelas gue belum pernah menyaksikan. Mulai banyak bibir berteriak lantang tepat di daun telinga agar ada pengakhiran. Memang, bila cerita ini diikuti akan seperti jalan aspal dipulau Jawa. Jalanan yang tak ada akhir. Bila mencapai ujung, arahnya akan memutar balik ke aspal yang membusuk karena terik siang lalu terjebak dalam lubang nestapa. Hal yang tidak diinginkan siapapun.
"Habis gelap terbitlah terang". Kalimat yang sempurna bila kita lupa bahwa "terang tenggelam datanglah kelam". Namun kelam malam dapat diatasi dengan cahaya agar tiada yang bermuram. Banyak pilihan cahaya yang mampu menciptakan terang.
Sempat berfikir gue adalah matahari. Matahari yang memiliki bulan. Tapi gue baru sadar bahwa melirik mesra pada bulan bukan menengadah kelangit, melainkan menunduk kearah sungai. Bayangan bulan, bukan bulan sebenarnya. Bulan ini takkan pernah ada. Takkan pernah bergantung tanpa tali dilangit. Jika memang gue matahari, tentu akan ada bulan yang mendukung giat semangat untuk tetap memancarkan terik. Lalu membantu menyinari bagian bumi yang luput dari radius cahaya. Bila bulan itu nyata, maka bintang akan senantiasa bertaburan mempercantik tampilannya. Menambah kilau keberadaannya. Ketika itu matahari benar-benar memiliki bulan... Hingga terompet Kiamat ditiup panjang... Pertanda semua cerita akan usang... Tak peduli semu maupun nyata, semuanya akan musnah... Kemudian mulailah cerita abadi dari apa yang terjadi dibumi...
Terang..... Begitu otak dan hati gue sekarang. Jiwa tak lagi terperangkap pada satu hal yang selalu berusaha mengikat. Rasa bebas kembali memberi udara segar untuk berlogika dan merasa. Usai sudah cerita mati rasa. Biar menjadi masa kelam yang berlalu. Maka gue jelang masa yang sedang mendatang.
Kelam malam mulai dihiasi dengan jingga. Mentari pelan-pelan muncul malu-malu dengan rona semangat yang menular. Lama sekali rasanya melupakan semangat itu. Saatnya kembali kedunia sebelumnya. Mengindahkan tulisan "forgot password" dibawah "sign up". Keajaiban pilihan ketika yang dimiliki hilang. Setidaknya ada yang kurebut kembali walau belum berpulang. Saatnya menghimpun tenaga untuk memulai perjalanan baru. Akan banyak cerita ditempat baru. Akan banyak pengalaman dengan hobi baru. Menghabiskan waktu pada kegilaan yang baru. Perjalanan Menuju "Gila" yang baru.
Perjalanan Menuju "Gila" [2] Selimut Imajinasi : the end
Dwindi, 2014
0 comments