PMG1 - Pejalan Kota Metro - part 2

Senin, Juli 15, 2013

http://statik.tempo.co/?id=38817&width=475

Melanjutkan postingan >Perjalanan Menuju "Gila" - part 1<
Cerita selanjutnya, setelah kemarin gue nekad ke Serang dan kesasar di Cilegon.

Berhubung gue di Cilegon juga mendapat rekomendasi dan pernyataan kerjasama dari kantor pemasaran kompleks rumah dan ruko disana, gue langsung hubungin temen-temen gue yang ada di Yogyakarta untuk segera siapkan brosur dan kartu nama. Sambil menunggu bahan itu beres, gue memenuhi panggilan untuk ke Ciputat, yaitu perusahaan Event Organizer yang butuh editing video offline untuk acara pada tanggal 2 juli, itu berarti gue cuma punya waktu 3-4 hari untuk mengerjakan video itu yang ternyata bahan-bahannya masih mentah banget. Setelah melepas penat semalaman, gue bangun pagi dan segera cari sarapan. Kalau perut udah terisi kan bawaan untuk ngopi tu udah enak banget, Jos banget deh pokoknya.

Pagi itu, setelah kebutuhan pokok terpenuhi, gue seduh kopi dan sulut rokok gue. Gue hisap dalem-dalem tu rokok, sambil mengingat-ingat perjalanan gue yang "kok-kayaknya-ada-unsur-nekat" itu. Gue buka laptop gue dan menyiapkan badan untuk diam didepan laptop kali ini. Ya gini-gini juga gue butuh pemasukan untuk melanjutkan perjalanan gue. Dan gue butuh fresh money tentunya.

Dari jam 7 sampai jam 9 gue berusaha tabah walaupun males setengah mati "memasak" bahan-bahan video mentah ini. Dan jam 9 lebih gue telepon bos perusahaan ini. "Mas, saya dah coba mulai buat, tapi saya gak enjoy karena jelas ini bukan bidang saya. Gimana kalo saya carikan teman saya yang mau mengerjakan editing video ini?". Dengan persetujuan doi, gue panggil seorang teman yang gue kenal di sebuah studio film. 1 jam kemudian dia datang.

Melihat, menimbang dan menerawang hal-hal yang gue jelasin tentang jobdes ini, dia merespon "Ini ada kerjaan multimedia dan offline-nya, dengan deadline segitu singkat, honor yang ditawarkan gak cocok. Gak masuk budget." . Lalu terjadi kesepakatan, kerjaan ini dilepas aja. Itu berarti, gue ngelepas pemasukan. Okey, fine.

Gue akhirnya pasrah. Gue langsung mandi dan sholat Dzuhur. Gue mau ke rumah kakak ipar gue aja, karena kebetulan doi lagi di Jakarta. Katanya mau segera ke Batam. Gue memutuskan untuk nginep semalem dirumah doi. Melepas penat sebentar.

Malemnya gue banyak cerita ke Uni gue itu. Secara tidak direncanakan, kami begadang. Gue telat bangun! Padahal rencananya gue mau ke Bogor paginya. Karena telat dan gak mau kena macet, gue pake ojek langganan Uni gue untuk langsung ke Lenteng Agung. Biar gue naik keretanya dari sana aja., setidaknya jaraknya lebih deket dari Bogor. Gue mau cepat sampai di Bogor karena gue tau, sohib gue dari SMP udah nungguin gue sejak pagi, kasian.

"Bro, gue dah sampe di stasiun Bogor ni!"
"Okay, gue jemput. Lo tunggu di depan stasiun ya!"
Gue nunggu sekitar 30 menitan dan dia datang. Gue diajak ke Botanical Square tanpa acara letakin tas gunung gue yang berat ini. Ternyata dia mau beli celana bahan, untuk keperluan wisudanya 3 hari lagi, dan celana itu mau dipakai besok karena dia udah keterima di sebuah PT digital advertising di Jalan Sudirman, Jakarta. Dan saat itu juga gue gak tahan untuk maki-maki dia. 

Gue maki-maki cuma karena nampak-nampaknya gue yang baru sampai Bogor jam 2 ini harus ikut dia ngejar jadwal kereta jam 6 pagi besok. Itu namanya gue dibogor gak ada 24 jam. Kok keren amat gue punya sohib yak, gak tau kalo badan gue dah rontok. KeCe banget dia tu, Keterlaluan Cacadnya. Huh. Yaudah, ini pertanda gue harus pasrah lagi.

Senin jam 4 pagi. Gue bangun, sholat tahajud dan dilanjut subuh, setelah itu gue mandi. Iya, MANDI. Gue mandi semenit setelah kelar sholat shubuh. Rasanya pengen banget kekamar mandi tanpa lepasin selimut. Ini bukan mandi pagi, ini mandi es. Asli, pengen banget gue tabok tu muka si sohib. Tega amat ama gue.

Okay, singkat cerita, 1,5 jam kemudian gue udah duduk di kereta. Bareng sama para pegawai dan pedagang yang punya urusan di Jakarta. Ini pertama kalinya gue nyobain jadwal para pegawai yang kerja di Jakarta. Setelah gue inget-inget sih, mungkin gue kena karma. Dulu waktu gue masih SMA, gue sering main kerumah om gue di rumah susun Kebon Kacang. Dari Kampung Rambutan biasanya gue nunggu bis arah Bunderan HI yang ada sekitar jam 5an. Itu stasiun antar kota gak cuma dipenuhi oeh calon penumpang yang bawa tas atau koper gede, tapi juga mbak-mbak dan mas-mas yang udah dandan abis siap untuk ngantor. Gue kepikiran, jam segini udah diterminal, udah rapi, udah wangi, udah cakep-cakep, mandinya jam berapa ya? Bangunnya jam berapa ya? Kini gue memerani jadwal mereka. Duileeee............

Gue memang belum tau hari ini mau kemana. Makanya gue memutuskan untuk ikut sohib gue ini ke kantornya. Gue pengen lihat kantornya kayak gimana walaupun gue gak ada urusan samasekali sama kantornya. Dari stasiun itu ternyata harus berjalan cukup jauh ke gedung kantornya. Kantornya ada di lantai  11. Yang konyol, gue sampai di depan pintu kantornya itu, cuma bisa berbalik badan dan turun lagi. Masih dengan tidak ada tujuan. Untung gue ditelepon temen gue yang doi adalah orang lapangan yang gue kenal di kantor interior yang gue tinggal tempo hari. Doi ngajakin gue ikut dia ke dinas pariwisata DKI. Lumayan ada tujuan.

Di jalan Sudirman gue jalan kaki cukup jauh untuk mencapai halte TransJakarta, gue ke Gatot Subroto dan gue ketemu doi disana. Okay, gue turun di BenHil (Bendungan Hilir) gara-gara gue ragu. Gue jalan kaki lagi melewati jembatan penyebrangan, lalu beli sebotoh teh dingin. Gilak, Jakarta PANASS!!. Setelah tanya-tanya orang, gue naik bis kota 640 untuk ke GatSu (Gatot Subroto) dan sesampainya di GatSu, gue masih jalan kaki lagi ke menara Jamsostek. Disini gue janjian ketemuan. 30 menit penantian kabar, doi malah ngabarin ada disamping gedung itu, gue berjalan lagi. Melangkah dan melangkah. Ini bukan hari pertama gue banyak melangkahkan kaki dibawah terik matahari sambil menggendong tas gunung berisi peralatan perang gue (laptop, ipad, charger, note, dll). Bukan yang pertama kalinya juga, baju kemeja gue basah karena keringat dan kering karena berjemur dibawah terik matahari.

Setelah bertemu, doi ngajakin gue untuk nemenin doi menghadap kepala dinas pariwisata. Urusan dengan dinas pariwisata ini ternyata pengadaaan neon box yang mengarahkan para pengunjung ke kantor pariwisata yang ada di Jakarta Theatre. Tidak lama kemudian gue berangkat menuju TKP.

Sesampainya di Visitors Information Center ini, gue dikenalin ama Customer Service nya, dan doi sedang melayani pengunjung dari Swiss. Gue sih manggil Ibu. "Saya Dwi, Bu." saat ditanya nama. Setelah tamu dari Swiss itu cabut, perbincangan dan candaan pun terjadi. Awalnya sih kita ngobrol soal pekerjaan dan pengalaman kerja. Sampai akhirnya ada pertanyaan "mas Dwi udah punya pacar belum?" Dan saat gue belum sempat jawab apa-apa, si ibu udah nyamber lagi,"kalo belum, saya kenalin ama ponakan saya, dia kuliah di Unpad, sekarang dia masih di Bandung. Coba liat profil Fesbuknya. Namanya ****** ************* ******. Sebentar, saya telepon orangnya, biar mas Dwi ngomong langsung ama dia. Dia tu orangnya seru kok, suka cerita-cerita juga. Anaknya cakep... Bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla...................." 

Gue........ Bengong..........


(To be continue......)

Perjalanan Menuju "Gila" [1] Pejalan Kota Metro - part 2
Dwindi, 2013

You Might Also Like

0 comments