Pertunangan yang "Berdarah"
Jumat, Februari 28, 2014Yak Kembali lagi ke sesi curhat pemirsa. Entah kenapa akhir-akhir ini ada aja yang curhat ke gue tentang pasangan. Gue posting cerita curhatan mereka bukan untuk mempermalukan pencurhat, tapi untuk berbagi pelajaran yang di dapat dari permasalahan pencurhat tanpa bikin malu pencurhat tersebut.
Oke, jadi ada seorang temen, yang sebenernya gue gak deket-deket amat ama dia. Ternyata dia hubungi gue dalam rangka meminjam uang untuk melunasi biaya KKN nya dikampus. Ya memang dia adek angkatan gue, tapi beda kampus dan beda jurusan aja. Setelah gue telusuri, cowok ini
memang dari keluarga yang kurang mampu untuk menutupi biaya-biaya besar mendadak seperti uang SKS, SPP ataupun KKN, oke gue bisa paham. Doi pun bekerja sebagai marketing suatu brand motor terkenal untuk menjual motor-motor dan mendapat fee sesuai jumlah motor yang terjual. Yang jelas gue gak kepo gimana itungan fee-nya.
Gue cuma bertanya soal kenapa sampai meminjam uang hanya untuk membayar KKN, ternyata jawabannya cukup untuk dijadikan cerpen. Dia menjawab sambil curhat, soalnya. Begini ceritanya (mohon maaf bila ada kesamaan nama, sifat dan percakapan, karena merupakan ketidaksengajaan, ini gue cuma cerita apa adanya dengan penyamaran nama dan tempat):
Sumber gambar : http://fc07.deviantart.net/fs71/i/2011/056/e/5/bloody_love_ii_by_seirenarrellajunko-d3af1a5.jpg |
Di sisi keluarga Bambang. Keluarga Bambang sekarang gak setuju lagi dengan hubungan Bambang. Lalu Bambang diberi pilihan. Lanjutin kuliah atau nikah sekarang. Bambang terlarut dalam gulana-nya. Bagaimana mau nikah, gaji Bambang aja di sita bokapnya. Caranya, setiap gajian bulanan, kakak sepupunya ikut ke kantor, ambil amplop gaji. Kehidupan Bambang hancur. Belum lagi karena Endang bikin masalah tiap hari gara-gara kematreannya itu, Bambang gak sempat lagi main dengan teman-teman kost atau kampusnya. Untuk melanjutkan kuliah, pikirannya masih hancur-hancuran karena hubungannya belum juga baik dengan si Endang. Belum lagi memikirkan biaya KKN yang harus dibayar untuk semester ini. Juga karena pikiran yang masih kacau, Bambang ini datang ke gue dengan kondisi baru pulang dari rumah klien nganter motor tapi surat-surat ini itu malah belum diserahkan, karena lupa. Bener-bener hancur deh ni orang. Muka kusut, pakaian apa adanya. Seakan tak lagi punya arah.
Akhirnya gue kasih teori yang gue adopsi dari teori yang pernah gue posting sebelumnya, mungkin 2 tahun lalu. Tapi sebelum gue ceritakan, gue pengen tahu dulu bagaimana pemikiran pembaca tentang kasus Bambang
0 comments