Bercerita-lah Tanpa Berdusta
Rabu, Februari 12, 2014Baiklah.. Setelah sekian postingan isinya puisi gak beraturan dan acak-acakan, kali ini gue mau bahas-bahasan dulu lah. Ini tentang kesederhanaan yang seharusnya bisa dinikmati dan dibanggakan, tanpa menunjukkan hal yang lebih kepada orang lain agar terlihat "lebih" padahal kelebihan itu tak pernah dimiliki, ataupun sudah tak dimiliki lagi.
sumber gambar : http://menembussepi.files.wordpress.com/2013/07/muka-dua.jpg |
Ada satu waktu, gue punya teman yang keadaannya biasa aja. Menengah kebawah malahan. Tapi lagaknya seperti orang yang memiliki segalanya. Bukan gue menghinanya. Tapi gue menyayangkan sandiwaranya yang
membuat dia gak bisa jadi dirinya sendiri. Kebohongan berulang bahkan MLL (Multi Level Lying) pun terjadi. Kebohongan ini bukan saja bakal membohongi orang lain, tapi dirinya sendiri. Entah sampai kapan dia menutupi keadaannya yang sebenarnya. Sampai sekarang, dia masih bertahan dalam kebohongannya, padahal gue udah banyak membuktikan nyaris semua ceritanya cuma dusta belaka. Hari demi hari, selalu mencoba meyakini orang-orang tentang cerita dustanya agar orang-orang 100% percaya dan menerima dia adalah sosok yang dia ceritakan.
Banyak alasan orang-orang melakukan ini. Salah satunya adalah keinginan untuk di anggap ADA. Dianggap mampu dan pantas untuk ikut dalam pergaulan. Diterima dalam perkumpulan. Diterima lingkungan. Orang lain memang tidak tahu menahu soal keadaan yang sebenarnya. Bagaimanapun, kebohongan akan terkuak. Bayangkan teman-teman yang sudah menerimanya akan merespon apa menghadapi kebohongan itu.
Bukankah lebih baik jika menyatakan yang sebenarnya? Setiap perkataan akan jadi kejujuran yang membawa kebaikan? Gak bakal ada kata "ketahuan" dalam hubungannya dan komunitas/ lingkungannya. Gak bakal berujung jelek dan gak ada resiko. Sadarilah. Memiliki teman bukan berarti harus menjadi seseorang yang serba punya atau serba bisa. Memiliki teman adalah untuk saling melengkapi. Saling menerima kelebihan dan kekurangan. Kalau ada yang mau jadi teman lo disaat lo ngaku orang kaya, itu belum pasti teman yang sebenarnya. Karena mereka baru menerima kelebihan lo, sedangkan dia belum tahu soal kekurangan lo. Tunggu ketika sesuatu terjadi dengan "serba punya" nya. Orang-orang yang tetap bersamanya tentu teman sejati yang menerima kelebihan, menerima pula kekurangannya. Untuk yang pergi, ya kita sama-sama tahu kapasitasnya sebagai teman tuh bagaimana.
Berceritalah tentang keadaan lo yang sebenarnya walau tak semua. Berlagaklah sebagaimana seharusnya di tempat yang tepat di waktu yang tepat pula. Tak perlu mempesona orang-orang dengan kebohongan. Orang akan kecewa kalau kebohongan itu terkuak. Sebaliknya, orang akan terpesona kalau ternayata lo memang berpunya, tapi lo selalu rendah hati. Pesonakan orang-orang dengan kesederhanaan, bukan keserbaan. Teman sesungguhnya gak bakal menikmati harta lo, tapi kepribadian lo. Kenyamanan yang mereka butuh tu dari sikap lo, bukan harta lo. Pertemanan adalah tentang menikmati kesederhanaan, kebersamaan, kesetiaan. Bukan kekayaan, kecantikan, keahlian ataupun yang lainnya.
"Pertemanan adalah tentang menikmati kesederhanaan, kebersamaan, kesetiaan. Bukan kekayaan, kecantikan, keahlian ataupun yang lainnya?"
Dwindi, 2014
0 comments