Cerita Putri Jelita
Rabu, Februari 19, 2014Sumber Gambar : http://cache.desktopnexus.com/thumbnails/1377848-bigthumbnail.jpg |
Muncul pemberitahuan datangnya seorang putri jelita pada layar kerja. Rasa penasaran mengusik. Memandang sekilas, lalu terpana. Penuh keikhlasan untuk menyisihkan waktu sejenak untuk memperhatikan siapa gerangan yang datang secara maya. Memaksimalkan indera untuk mendapatkan hal lain dalam pandangan, mungkin ada yang lebih spesial dibalik pesona sekilasnya. Ada!
Penasaran menguasai otak. Hati berdebar tak sabar. Tatapan menuju pada institusinya. Lalu berfikir sejenak siapa yang dapat menjawab pertanyaanku tentangnya. Dapat! Ponsel menyala jari
mengetik. Membicarakan tanpa menggunjing sedikitpun. Dia ada. Dia nyata. Lalu menanyakan jembatan yang perlu dilewati dan tersimpan dalam memori. Tak menunggu menit berganti percakapan terjadi.
mengetik. Membicarakan tanpa menggunjing sedikitpun. Dia ada. Dia nyata. Lalu menanyakan jembatan yang perlu dilewati dan tersimpan dalam memori. Tak menunggu menit berganti percakapan terjadi.
Berawal dari pesan tak tersentuh hingga suara yang merdu. Akhirnya waktu membiarkan untuk bertemu. Bangunan setengah jadi menjadi saksi bertemunya anak adam melepas rasa penasaran. Air gemericik dibawah kaki berpijak. Mengalir, selancar aliran percakapan yang tadinya canggung menjadi santai. Mulai dari membicarakan diri masing-masing sampai menggunjing kambing dan sapi. Kadang terdiam, berlarut pada pikiran masing-masing. Kadang berbalas kata lalu tertawa. Hanya senyum yang stabil. Hadir terus baik ketika diam maupun tidak. Sejuk suasana bertambah sebab tak henti menatapnya pada wajah. Putri jelita memang ada didepan mata.
Hati berpaut dalam asmara. Namun situasi yang menjawab. Ia berkata, tak mungkin untuk saat ini. Baiklah. Pertemuan tanpa sentuhan kecuali menjabat lalu berakhir. Senja datang, mengingatkan pertemuan harus usai segera. Lalu berpulang. Saatnya kembali sibuk dengan pikiran masing-masing lalu bahagia karena angan. Tatapan untuk memilikinya secara semu terhapuskan lirih, sakit dan mengenaskan. Air mata sempat tertetes. Putri jelita berkata menyesal tapi melanjutkan. Menerima kenyataan lalu berfikir panjang. Semu tak bersatu maka nyata adalah kesempatan terakhir. Haram terhindar, halal terbayang dan menjadi mimpi tertinggi.
Waktu demi waktu terlewati dengan masing-masing cerita. Putri jelita ada pada setiap akhir tahun religi. Berkomunikasi ketika berdekatan, namun tak terjadi bila berjauhan. Dia yang berkata, tak ada kemampuan menahan rindu bila berjauhan maka tak ingin dulu membuat cerita. Ya itu keputusan yang tak seharusnya diganggu. Hak asasi dimanfaatkan. Tak ada unsur paksaan. Perasaan yang labil-lah yang membuat hati sulit menerima kalimat.
Remaja tumbuh dewasa. Pertemuan bukan lagi saat buku tulis dibawa untuk belajar. Namun mencatat isi bolak-balik hidup dalam nominal atau lampiasan otak yang berontak. Lagi, pertemuan terjadi. Dengan perasaan yang lebih tenang dan mampu mengontrol hasrat yang menggebu. Rindu memang ada, tapi bukan untuk pelampiasan nafsu bila bertemu. Monumen penunjuk angka hari menjadi saksi. Entah berapa kali. Tempat bertemunya suatu janji. Tempat melihat Putri jelita menanti. Ya memang kadang ia yang menanti, ketika sampai lebih dulu setelah melewati perjalanan yang menyajikan pemandangan indah. Ketika sore kembali memisahkan, kalimat meluncur serupa janji yang dimaksudkan untuk berhati-hati.
"Wahai Putri, bila telah ada lelaki yang bersungguh-sungguh menjemputmu dari istana kuning, kirimi surat. Bila penjemputan itu benar terjadi, kirimi lagi surat sebelum kau melangkah pergi. Takkan ada benalu hitam menghalangi. Takkan ada yang mengusik sebuah hidup baru di istana baru. Entah itu di benua maupun di pulau lain nantinya. Surat bertinta ataupun tanpa tinta, baik berisi kata cinta maupun tertulis tanpa cinta. Bila sampai saatnya masih belum juga ada lelaki itu muncul dibalik pintu gerbang pusakamu, maka bersiaplah akan penjemputan yang dirancang sesempurna mungkin. Itu akan jadi penjemputan selamanya dari benalu hitam yang mengkilat menjadi permata. Maka permata itu yang akan menjadi bukti transaksi didepan saksi."
Putri jelita tak menjawab. Senyum manis mempesona yang hadir. Senyum yang seolah meng-iya-kan perkataan yang belum terbukti. Itu bukan pengharapan tinggi, tapi itu mimpi yang ingin dipenuhi. Setiap orang boleh bermimpi kan? Setiap orang juga boleh mengutarakan mimpinya pada seseorang yang spesial baginya kan?
*****
Pada waktu tak terduga tanpa rencana dari jauh hari, terjadi pertemuan yang juga tidak bisa dikatakan dadakan. Putri tetap jelita. Menanti yang di hati dibalik gerbang pusaka istana kuning. Dia masih si Putri Jelita yang dimaksud. Kali ini senyumnya tak henti mekar. Penyambutan oleh senyum dan dilepas dengan senyum pula. Senyum yang selalu mempesona mata. Tak hanya mata bulat yang berjumlah dua ini, namun mata hati pun itu terlena tak melepas pandang.
Banyak maksud tersampaikan yang dibalas dengan senyum dan tawanya. Tak berkata "iya" namun tak henti mengangguk sambil senyum manis dan memandang sayu dengan mata berkilau. Memberi semangat hidup yang baru. Ya, selalu. Usai pertemuannya memberi kekuatan semangat hidup yang baru. Benar-benar obat hati yang jenuh. Tunggulah Putri jelita, mungkin kedatangan berikutnya atau berikutnya lagi bukan untuk senyum dan tawa semata, tapi tangis haru demi hidup yang baru. InsyaAllah.
Dwindi, 2014
0 comments