TGSL : Keseriusan Hubungan
Senin, Juni 30, 2014
Sabtu tanggal tanggal 28 juni ini, gue dapat curhatan dari seorang cewek tentang temannya. Padahal lagi asik nikmatin angin Parangtritis yang gak ada sepoi-sepoinya sama sekali. Angin ngamuk sih iya, Hahahaha. Curhatannya tentang keseriusan dalam hubungan. Dalam curhat itu hubungan=pacaran. Mungkin ini juga berlaku untuk curhatan pagi buta dari facebook messenger kemaren. Bedanya, cerita di Parangtritis itu, ceweknya sudah jadian dan berpacaran, sedangkan yang dari chat itu, belum ada kata jadian dan masih ada keraguan.
Ceritanya disini, ada si cewek yang kita sebut saja namanya Rasti, dan cowok yang bernama Randi. Maaf lho untuk yang punya nama ini. Ini cuma untuk nama samaran. Gue pilih secara random. Ceritanya nyata, nama pemerannya fiktif.. ya.. anggap aja begitu.
Rasti adalah seorang adik angkatan yang punya pacar angkatan atas bernama Randi. Randi ini orientasinya memang bukan cari pacar, melainkan calon bini. Keseharian mereka, seakan-akan Randi ini 'mendidik' Rasti untuk bisa siap dinikahi. Siap jadi bini gitu. Soooo, sering juga Randi berkata,"Kamu tu masih seperti pacar. Bisa gak bertingkah seperti calon bini?" setiap kali Rasti melakukan hal yang bagi Randi itu salah.
Komunikasi mereka bisa dibilang kaku. Chat apa adanya, kalau telepon memang seadanya. Belum lagi Randi juga gak jarang nyuruh Rasti untuk datang ke kontrakannya dengan membawa bahan-bahan makanan mentah agar dimasak di kontrakan Randi. Setelah itu, Rasti menemani Randi yang sibuk dengan laptopnya. Rasti sendiri mengisi waktu dengan mengerjakan tugasnya sendiri. Akhirnya, ya diam-diaman aja, sibuk dengan urusan masing-masing. Yang penting saling menemani. Walaupun yang berisik cuma jangkrik.
"Aku ini pingin hubungan yang serius. Kamu tuh serius gak sih sama aku? Apa-apa tuh gak usah disuruh dulu bisa gak?" Begitu kata Randi. 'Serius' yang dimaksud Randi ini malah berimbas pada atmosfir yang selalu menjadi serius diantara mereka kala bertemu. Rasti bertahan walaupun kepala pening lantaran gak pernah bisa mengerti maunya Randi ini apa. Apa-apa salah. Apa-apa dikatain gak serius. Tau-tau dikatain gak inovatif, gak inisiatif, dan gak kreatif. Akhirnya, Kang Randi marah-marah.Dodol, gue malah lupa cerita selanjutnya. Tapi setidaknya dari cerita diatas, udah tau dong intinya apa. Nah disini, yang digarisbawahi mungkin bagian keseriusan dalam hubungan itu sebenarnya seperti apa sih?
Baiklah. Gue bahas tentang keseriusan dalam hubungan yang seharusnya teraplikasikan pada setiap sejoli-sejoli yang sedang pengen serius. Tapi ini bukan hanya tentang pacaran sih ya. Yang tanpa status juga bisa diterapin.
* * * * *
Serius. Hmmmmmm. Biar deh serius itu dalam hati lo aja. Serius disini adalah membulatkan tekad bahwa hubungan kalian itu yang akan dipertahankan, diperjuangkan, dan masalah apapun diantara kalian. Keseriusan dalam hubungan bukan berarti atmosfir diantara kalian itu menjadi kaku. Biarpun konteksnya disini, mmmm, semacam simulasi laki-bini. Suka-suka lo deh mau alay panggil papa-mama, ayah-bunda, papi-mami, atau apapun yang lebih alay dari itu. Eh salah, bukan tentang panggilannya, tapi cara bersikapnya. Mungkin mengarah ke poin kedewasaan.
Keseriusan dalam hubungan itu seharusnya semakin maksimal dalam membuat rasa nyaman diantara keduanya. Bukan sesuatu yang salah kalau banyak komedi parodi, gombal-gombalan, atau alay-alayan, atau bahkan bertingkah kayak anak kecil. Terserah. Itu semua lo atur aja berdua. Yang penting sama-sama seneng, sama-sama nyaman, sama-sama enjoy. Intinya suatu hubungan itu adalah untuk bikin hati seneng, bukan bikin hati cape. Camkan itu. Tapi kalau ternyata atmosfir keseriusan yang berdampak pada kekakuan, kekolotan, dan lain sebagainya, tapi keduanya enjoy-enjoy aja, gak masalah. Lagi-lagi, lo atur aja berdua. Toh kalau sedang berdua, dunia hanya milik berdua. Katanya sih, yang lain ngontrak. Semerdeka lo aja deh. Asal gak depan orang lain aja norak-norakannya. Risih men.
Hubungan antara kedewasaan dan keseriusan, mungkin pada pemilihan sikap. Dimana, kapan dan pada siapa harus bersikap bagaimana.
* * * * *
Nah, kembali ke cerita diatas. Si Rasti ini mau-mau aja gitu disuruh-suruh dan nemenin si Randi yang sibuk sendiri. Mengulang pertanyaan di postingan Di-Posesif-in, Rasti itu pacarnya Randi atau pembokatnya Randi? Melihat kasus ini. Mari kita cari kesalahan masing-masing antara Randi dan Rasti.
Randi
1. Randi terlalu kolot dan menjadikan keseriusan itu ya apa-apanya harus serius.
2. Sepertinya Randi lupa tujuannya serius itu membuat tidak nyaman pada Rasti.
3. Randi itu ngomong serius sama anak kuliahan tahun pertama (perlu gue bahas gak sih kenapa ini jadi suatu kesalahan?)
4. Randi terlihat seperti banyak menuntut. FYI, mereka baru berpacaran 2-3 bulan.
Rasti
1. Rasti masih bingung menafsirkan kata 'serius' yang selalu disampaikan Randi. Salahnya lagi, Rasti gak pernah nanya blak-blakan untuk mendapat jawaban yang super jelas.
2. Rasti merasa tidak nyaman, tapi tidak disampaikan.
3. Rasti bukannya gak inovatif, kreatif, inisiatif. Hanya saja, Rasti ini tipikal cewek yang males banget dapat tanggapan 'apa sih? gak usah norak deh' ketika selesai melakukan sesuai untuk seseorang (dalam hal ini, adalah Randi).
4. Rasti belum pernah menghadapi cowok model Randi gini. Akhirnya dia tetap bertahan, dengan alasan 'merasa tertantang' yang lebih besar dari pada 'perasaan'nya sendiri.
So, dari poin-poin tersebut. Bisa gue simpulkan. Permasalahan antara mereka berdua ini adalah komunikasi. Komunikasi yang terlalu kaku yang terbentuk dari kata 'serius' tadi berdampak tidak saling mengerti, memahami, menerima dari masing-masing pihak. Itu lah makanya, kalau serius tuh jangan sampai ke atmosfir segala. Mau ngomong apa-apa tuh jadi kaku. Akhirnya gak semua disampaikan. Miss communication yang akan jadi sebab muncuknya permasalahan antara mereka terus menerus.
Solusinya adalah, ya mereka luluh-lantak-kan dulu kekakuan yang ada. Berkomunikasi dengan lebih luwes lagi. Kalau gak bisa, ya putus aja. Daripada hubungan ini berubah, yang awalnya pacar-pacar, jadi majikan-pembokat.
* * * * *
Biar tulisan ini punya korelasi yang kuat dengan judul, sebaiknya gue kasih poin-poin bagaimana mengindikasi serius atau tidaknya seseorang dalam menjalin hubungan spesial.
Jaga Diri
Maksudnya sih bukan jaga diri dari kriminalitas ya. Itu sih pasti. Yang dimaksud disini adalah, menjaga diri biar gak ada orang yang bersikap pada lo seperti pasangan lo bersikap. Dimana letak spesialnya pasangan bila ada orang lain yang bisa melakukannya. Orang yang serius dalam hubungan tertentu, tidak akan membiarkan ada orang lain yang 'menyentuh'nya, tanpa perlu diposesifin.
Jaga Hati
Masing-masing pada jaga hati. Aduh, gue bukan ulama yang bakal ngomong panjang lebar tentang 'jaga hati'. Tapi maksudnya disini, jaga perasaan. Orang yang serius jelas menjaga hatinya hanya untuk pasangannya. Gak membiarkan ada orang lain selain pasangannya didalam hatinya. Lagi-lagi, tanpa perlu diposesifin, tanpa perlu dicemburuin.
Dua aja deh. Ini garis besarnya. Bisa bercabang-cabang kalau dijelasin detail dari dua poin ini. Setidaknya, kalau sudah paham, gak usah repot-repot, gak usah stres segala. Bilang aja ke pasangan lo, "Aku percaya kamu. Aku harap kamu bisa jaga dirimu dan jaga hatimu. Untuk kamu sendiri, juga untuk aku. Untuk kita."
* * * * *
Dwindown, 2014
0 comments