Harmoni Karang dan Ombak
Jumat, Juli 25, 2014Aku beranjak dari pasir yang menenggelamkan pantatku sepanjang malam. Surya muncul dengan membuyarkan konsentrasi dingin malam dengan hangat pagi. Aku berjalan mendekati air. Air ini tadi tenang, namun sekarang lebih agresif. Angin darat mengajaknya bermain.
Air menciptakan lengkungan seksi menggoda karang yang berdiri teguh dipinggiran pantai. Ya, ada juga yang berani berdiri tegak jauh dari pantai. Ombak menggoda keteguhannya. Lembut belai ombak pada karang. Karang menjadi tidak mulus karena ada bagian permukaan yang luruh, tapi keteguhannya tak surut.
Mungkin ombak semakin asik dengan permainannya. Suasana pun semakin hangat, seiring surya semakin tinggi dan semakin garang memberi suasana panas. Ombak seperti tertantang untuk meruntuhkan teguhnya karang. Namun, semua makhluk hidup yang menyaksikannya juga tahu. Ombak pasti mengalah, membuyarkan diri ketika menabrak karang. Ombak membiarkan karang tetap lebih teguh darinya. Tertantang, namun tidak ingin menandingi. Ombak itu sendiri memiliki pesona sendiri saat terpisah setiap tetesnya ke udara ketika menabrakkan diri pada karang. Untuk apa lagi menandingi pesona keteguhan karang. Jelas masing-masing sudah memiliki pesonanya sendiri.
Walau begitu, ombak tidak pernah meninggalkan karang. Pagi dan sore. Dua kali sehari, ombak selalu mengajak karang bercengkrama. Dengan caranya sendiri. Selalu. Setiap hari. Karang memang keras, ombak terkadang mengujinya dengan tabrakan kuat. Tapi bagaimanapun, ombak tidak akan mempesona tanpa karang. Pada apa lagi ombak menabrakkan diri agar ombak itu berpecah menjadi tetes-tetes yang terbang ke udara? Pada apa lagi? Selain karang...
Seperti itu harmoni antara karang dan ombak. Ombak tetap ada walaupun karang sekeras itu. Karang sendiri, tetap teguh sekalipun digoda atau diuji dengan segala bentuk permainan ombak. Tapi itulah yang terjadi setiap hari. Hamonisasi antara dua benda yang berbeda jenis, bentuk dan sifat. Hampir semua pantai memiliiki cerita ini. Dunia seimbang dengan harmoni mereka.
Pernah melihat pecahnya batu ketika bertemu atau terantuk berkali-kali dengan batu pula? Iya, pecah. Salah satunya pasti pecah. Rusak. Fenomena ini dapat kita lihat ketika longsor, dan bencana alam lain. Terjadi hanya sesekali kalau memang nasib buruk saja. Karena sesama batu tidak memiliki harmoni yang indah. Tidak seimbang. Kompetisi siapa yang lebih keras, itu yang menang dalam peraduan. Peraduan antar batu ini yang akan membuat dunia gonjang-ganjing. Tidak ada keindahan. Kecuali, peraduan itu antara batu api yang menimbulkan percikan kecil seperti kembang api. Itu pun berbahaya dan berpotensi menyebabkan bencana lain.
Karang dan ombak. Mereka referensi keseimbangan alam. Yang keras memiliki pesona dan yang lembutpun juga. Tidak saling mempengaruhi. Ombak tidak meminta karang untuk melembut dan karang tidak meminta ombak untuk mengeras. Karena ombak tahu, karang yang lembut itu berarti terjadi perpecahan pada struktur batu yang akan meruntuhkan pesona keteguhan. Dan karena karang tahu, air laut yang mengeras itu berarti beku dan angin tidak dapat mengajaknya bermain lagi agar meninggi dan menggulung menjadi ombak. Pesona pantai akan hilang. Keseimbangan runtuh. Musnah. Hanya akan menyisakan kemonotonan hidup dalam warna monokrom.
Karang dan ombak. Mereka referensi keseimbangan alam. Yang keras memiliki pesona dan yang lembutpun juga. Tidak saling mempengaruhi. Ombak tidak meminta karang untuk melembut dan karang tidak meminta ombak untuk mengeras. Karena ombak tahu, karang yang lembut itu berarti terjadi perpecahan pada struktur batu yang akan meruntuhkan pesona keteguhan. Dan karena karang tahu, air laut yang mengeras itu berarti beku dan angin tidak dapat mengajaknya bermain lagi agar meninggi dan menggulung menjadi ombak. Pesona pantai akan hilang. Keseimbangan runtuh. Musnah. Hanya akan menyisakan kemonotonan hidup dalam warna monokrom.
Alam itu seimbang. Seimbang karena memiliki pasangan yang saling melengkapi. Sama-sama memiliki pesona yang menakjubkan, sehingga penyaksinya melupakan kekurangan-kekurangan yang ada. Itulah kenapa alam ini indah.
Dwindown, 2014
0 comments