TGSL : Kekerasan Seksual dalam Berpacaran
Kamis, Juni 26, 2014Ya ya ya, judulnya keras banget. Memang. Tapi sekarang-sekarang ini marak aja gitu soal kekerasan seksual. Mendengar, membaca dan mendapat cerita-cerita baik dari situs berita, acara headline news, dan beberapa kenalan yang bercerita tentang kekerasan seksual yang dialami. Ampun deh.
Memenuhi request di fesbuk, dari seseorang yang berlatarbelakang hukum, gue memutuskan untuk membahas ini di blog. Karena menurut gue dalam berpacaran lah banyak kasus (terutama yang jarang diberitain) adalah kekerasan seksual dalam berpacaran, maka gue bakal bahas kekerasan seksualnya didalam berpacaran aja.
Sumber gmabar : http://static.republika.co.id/uploads/images/ detailnews/kekerasan-seksual-ilustrasi-_130510111834-394.jpg |
Melanjutkan postingan Kekerasan dalam Berpacaran nih ya. Salah satu kekerasannya juga melingkupi aspek seksual. Kekerasan seksual itu terdiri dari pemaksaan atau tindakan-tindakan yang dilakukan secara sepihak, bukan suka sama suka.
Perlu ditekankan untuk para pembaca, sebenarnya, apapun yang berhubungan dengan kata 'seksual', semuanya tidak diperbolehkan, dan hukumnya haram, bila masih berstatus pacar, yang setelah gue pikir-pikir, status ini sebenarnya non sense banget.
Fakta-fakta 'kekerasan' tersebut biar cerita-cerita berikut yang mewakili:
1. Pacar Bodoh/ Tidak Sengaja/ Tidak Sadar
Ada seorang cowok yang curhat ke gue sekitar 4 tahun lalu. Dia cerita bahwa dia baru saja diputuskan oleh ceweknya. Padahal baru saja jadian 3 hari. Jelas gue menanyakan apa penyebabnya. Inilah jawabannya.
"Jadi Bang, aku bawa cewekku itu ke kost. Terus aku tutup pintu, kan. Nah setelah itu aku ngobrol-ngobrol aja ama dia. Terus makin lama makin deket gitu. Biasa lah, kan. Terus aku mau cium dia, tapi dianya ngelak. Aku coba peluk, dianya ngelak juga. Terus aku menjauh sebentar, ambil minum. Setelah itu aku langsung peluk dia dari belakang. Eh, dianya jerit, muter badan, dan langsung gampar aku. Terus dia berdiri dan sambil jalan keluar tu dia bilang 'kita putus'. Tanpa ngomong apa-apa lagi."
Dari jawabannya aja, dengan entengnya dan tanpa mikir panjang untuk cerna ceritanya, gue langsung bego-begoin tu cowok. Kesalahan pertamanya, terlalu cepat 'bertindak'. Kesalahan kedua, gak liat-liat ceweknya mau atau nggak. Jelas saja si cewek langsung minta putus, karena itu reaksi waspada dari dirinya dan berpikir "baru 3 hari aja berani kayak gini, gimana 3 minggu, 3 bulan, 3 tahun?". Kebodohan si cowok dalam bertindak 'pemaksaan' ini menurut gue juga kekerasan. Jeritnya si cewek jelas kesakitan karena si cowok meluknya sembarangan. Syukurlah langsung putus.
2. Pacar Psikopat
Cerita dari seorang cewek di pertengahan tahun 2013. Doi cerita sering sekali ditangani oleh pacarnya. Bukan karena melakukan kesalahan, melainkan selalu menghindar dan menolak ketika si cowok mencoba mencumbunya. Berhubung ni cewek kelewat sabar, doi masih memaafkan dengan tetap kukuh pada pendirian untuk tidak memberikan 'harta kewanitaan'nya. Si cewek iya sabar, si cowok yang kehabisan sabar. Setelah perjuangannya sia-sia selama tiga bulan, si cowok malah memperkosa pacarnya sendiri. Iya, perkosa. Taulah pemerkosaan tu gimana. Penuh kekerasan. Parahnya lagi, si cowok gak sendiri. Ada satu temannya yang terlibat.
Alhasil, si cewek kehilangan akal sehat karena trauma parah. Terdapat banyak memar-memar (dipaha, dibahu, dan diwajah) bekas tangan dan pukulan, ada luka bakar di bahu karena disundut rokok, baju sobek, dan kampretnya lagi, si cowok mengabadikan kejadian itu dalam bentuk gambar dan video. Tujuannya, jelas untuk ancaman agar si cewek tutup mulut, tidak melaporkan ke siapapun, terutama pihak kepolisian. Ancamannya klasik, kalau cerita ini menyebar, semua dokumentasi di upload entah ke sosmed atau forum apa di internet, beserta foto-foto yang akan dikirimkan ke teman-teman si cewek.
Cerita ini bisa sampai ke gue karena gue memang gak begitu kenal dekat dengan si cewek. Tentu saja gue gak tau siapa pacar/ pelakunya. Doi bercerita sambil nangis-nangis. 7 jam mengobrol, 2.5 jam cerita, 4.5 jam nangis. Gue sabar-sabarin diri untuk mendengar cerita yang aslinya panjang banget dan terputus-putus ini.
* * * * *
Gue jadi mikir-mikir, kenapa sempat ada cowok yang begonya kayak cerita yang pertama, dan ada juga cowok yang teganya gak ketolong kayak cerita kedua. Tentu saja dua cerita ini hanya perwakilan dari cerita-cerita yang lain, yang isinya tentang si pacar maksa cium, maksa peluk, maksa cumbu rayu.
Keheranan gue :
- Kenapa sempat-sempatnya jadian dengan cowok model begini? Apa pedekate-nya kurang lama? Kurang mengenal sebelum jadian?
- Untuk cerita pertama, gue salut sama ceweknya. Tapi untuk cerita kedua, ya ampun, cowok udah begitu kok ya masih dibiarin. Kenapa bisa sesabar itu? Sabar atau bego sih kalau ada cewek tipe gini?
- Bagaimana bisa cerita-cerita kekerasan seksual dalam berpacaran ini lebih tidak diperhatikan oleh pihak-pihak berwajib? Apa karena menyangka ini berawal dari 'suka-sama-suka' kah?
Untuk pertanyaan terakhir, kepolisian Indonesia sekarang terfokus pada kekerasan seksual pada anak dibawah umur (usia TK, SD, SMP). Padahal kekerasan seksual pada remaja dan dewasa juga banyak. Atau mungkin memang ditindaklanjuti, namun tidak diberitakan? (mencoba berprasangka baik)
Gue cukup banyak mendapat cerita kekerasan dalam berpacaran. Baik itu dampak dari keposesifan, maupun dampak dari ambisi seksual. Yang jelas, korbannya mayoritas cewek (terutama kekerasan seksual, 99% jelas cewek). Yang cerita ya korbannya langsung. Ada yang cerita sambil bengong, ada yang cerita sambil nangis-nangis, ada yang cerita sambil ngammuk. Syukurnya, gue belum pernah menghadapi orang yang bercerita sambil kesurupan. Fiuh.
Kalau dipikir-pikir lagi, seharusnya masing-masing orang (baik cowok maupun cewek) punya langkah preventif. Kalau memang menyukai seseorang, kenali lah lebih dalam orang itu dulu. Jangan langsung jadian gitu aja. Kurang mengenal calon pacar itu efeknya emang macam-macam. Salah satunya ya kemungkin si doi punya kelainan di otak. Kalau gak bego bener, ya tegaan bener. Pedekate seharusnya gak melulu mendapat informasi dari si 'target', tapi cari informasi juga lingkungannya bagaimana, keluarganya bagaimana, kehidupannya bagaimana. Banyak sumber selain si 'target'. Misalnya tanya-tanya ke teman/sohibnya, adik/kakaknya, dan yang lainnya. Kalau sudah mengenal si 'target', bahan pertimbangan tentu akan jadi lebih matang, akan dijadikan pasangan atau tidak. Jangan sembrono lah. Mentang-mentang ya 'cinta', mentang-mentang 'sayang', lantas melupakan hal-hal yang seharusnya dihindari dan apapun yang dilakukan pasangan nanti cuma pasrah-pasrah aja.
Hidup cuma sekali, masa mau tersiksa sih. Cukup neraka aja yang jadi ancaman batin. Itu setelah mati. Selagi masih hidup, buatlah hidup ini bahagia. Ujian hidup memang akan selalu ada. Jangan cari-cari masalah yang gak perlu. Masalah hidup akan datang tanpa dicari. Itu ujian hidup yang pasti akan ada bagi siapapun. So, be smart ya.
* * * * *
Dwindown, 2014
2 comments
artikelnya keren banget :D
BalasHapusmakasih mbak, hehehee
Hapus