TGSL : Di - Posesif - in
Rabu, Juni 25, 2014sumber gambar : http://3.bp.blogspot.com/_y2_kPoca3Cc/TKifFciDzaI/ AAAAAAAAA2w/5XQ78-3qb1w/s1600/pasangan.jpg |
Fenomena yang masih juga belum ada habisnya. Masih aja ada korban atau mantan korban posesif yang curhat sama gue. List korban yang gue tau, bertambah lagi dan lagi. Terus, kenapa sih bisa-bisanya ada korban posesif? Dan kenapa mereka gak bisa banget untuk mencoba keluar dari penjara keposesifan ini?
Biarlah kali ini kita bahas dua gender untuk korban ini. Cewek dan cowok. Patokan yang rawan diposesifin itu bukan berdasarkan gender, tapi kepribadian atau sifat pribadi. Jadi bahasan ini berlaku untuk kedua gender tersebut. Jadi inilah klasifikasinya :
"Kan aku sayang, kan aku cinta..."
Yak, entah kenapa alasan gak logis ini bisa menjadi alasan favorit para korban ketika gue tanya, "kok mau aja disuruh ini-itu, dilarang ini-itu?"
Iya lo sayang, iya lo cinta. Tapi pakai otak dong.
Safe Zone
Yak, inilah alasan pertamanya. Safe zone adalah zona nyaman yang membuat semua orang nyaman, bahkan gak nyaman aja bisa di nyaman-nyamanin. Maksudnya safe zone disini adalah rasa 'bersyukur' karena sudah punya pasangan, jadi ya terima aja doi mau bertingkah bagaimanapun."Udah bagus ada yang mau sama gue."
Jangan salah, bukan cuma muda-mudi yang berparas minus yang bakal ngomong kayak gini, yang plus-plus pun ada.
Over Positive Thinking
Ya deeeh. Siapa sih yang gak setuju kalau ada orang yang selalu berfikir positif dan tidak mencurigai apa-apa dari pihak lain. Tapi kalau over, tetap aja gak baik untuk kesehatan batin.
"Dia ini ingin yang terbaik untuk gue, mau jagain gue, mau gue aman2 aja di rumah, dan gak mau sampai ada cowok yang ngelecehin gue. Dia perhatian kok, walaupun begini cara dia perhatian."
Sulit Menentukan Sikap, lalu Pasrah
Gak bisa apa-apain lagi. Alasan yang satu ini, teruntuk siapa aja yang terlalu mengagungkan pasangannya.
Contohnya, cewek yang gak mau ngelawan karena dia sendiri berfikir bahwa pasangannya adalah cowok dan cowok itulah yang punya kuasa atas dia dan punya hak mengatur-atur dia. Akhirnya, tetap akan menuruti semua perintah dan larangan sang pasangan.
Dari sisi cowok, dia akan berfikir, nanti ceweknya akan ngambek terus merajuk lalu selingkuh kalau keinginannya tidak dituruti. Walaupun harus tiap menit harus melapor, tiap mau rapat juga harus kabarin kalau di forum gak ada mantan, dan pulangnya dengan siapa. Kalau tidak dilakukan, sang cewek pasti merajuk.
Terancam
Terancam disini bukan maksudnya makanan yang sayur-sayur itu ya. Tapi posisi seseorang yang tertekan dengan kalimat-kalimat ancaman dari pihak lain.
Banyaknya sih, ancamannya berupa kata-kata. Misalnya "Kalau kamu pergi dariku, dan kamu dekat sama siapapun cowok itu nanti, aku gak akan tinggal diam.." atau dengan kejadian si korban pergi, si pelaku sakit-sakitan berasa jompo dengan tatapan aku-tak-sanggup-hidup-tanpamu-wahai-sayangku. Basi. Ada juga yang ancamannya mau laporin macam-macam ke orangtua segala.
* * * * *
Nah, dengan poin-poin itu, susah bagi 'orang luar' untuk menolong mereka yang dikurung dalam penjara posesif pasangan. Salah-salah, malah yang nolongin yang jadi tersangka. Bisa disangka selingkuhan, bisa disangka ikut campur, bisa disangka kambing hitam, bisa disangka kebo bunting, bisa juga disangka kucing beranak.. Pokoknya prasangkanya bisa macam-macam pula.
Terus gimana? Ya caranya mungkin gak henti-henti buka pikiran si korban untuk move on sendiri. Dukung kemauannya untuk keluar dari penjara posesif itu, lalu kuatkan tekadnya dengan memberi pertimbangan 'plus-minus' bila tetap didalam dan bila keluar penjara posesif tersebut.
Kalau masih belum bisa move on juga, yaudah, biarin aja. Yang satu Penjajah, yang satu lagi Dijajah. Setelah dipikir-pikir lagi, mereka ini saling melengkapi. Cocok lah. Pasangan serasi. Hahahahaha......
Pada prinsipnya, pacaran itu bikin hati seneng Sob, Bro, Sist. Bukan bikin hati capek. Kalau pacarannya model begini, ya jelas aja makin banyak Jomblo di muka bumi ini, dan malam minggu bakal lebih sering hujan karena 'jomblo-yang-berdoa' akan lebih banyak dan kesempatan dikabulkannya lebih besar.
Wahai para korban posesif. Coba lo pikir-pikir nih ya. Ketika lo nurut aja ketika disuruh ngelakuin apa yang dia minta, misalnya cuma perhatiin dia, cuma hubungi dia, cuma ngobrol sama dia, cuma dengar kata dia, cuma ikuti perintah dia. Dan ketika lo pasrah aja gak boleh keluar rumah/kost, gak boleh ketemu teman-teman, menjauhi pergaulan, gak ada teman sekelompok lagi, gak ada teman curhat, gak bisa nongkrong-nongkrong lagi. Yang gue tanya, Lo itu PACAR atau PEMBOKAT? Kalau lo pacar, kok jadi mirip-mirip pembokat gitu? dan kalau lo memang beneran pembokat, lo gratisan ya? Minta gaji bulanan dooooong....
* * * * *
Untuk yang lagi di-posesif-in:
"Asli ngenes amat nasib lo. Lebih ngenes dari jomblo. Mendingan jadi jomblo-namun-merdeka, daripada punya-kekasih-namun-terjajah."
Dwindown, 2014
2 comments
memang jadi jomblo itu merdeka...tappi justru sebenernya kosong,,ya gak si menurut lo bang?? gue yakin banget kok lu tau apa yang gw maksd...
BalasHapusiyeiye gue paham, hahahaa.
Hapusah gak juga kok.. tergantung si jomblo pinter 'ngisi' apa kagak..kalau kagak ya teteeeeepppp.. kasih ekstrak kulit mantan aja biar gak 'kosong'...