Urusan Hati
Jumat, Maret 21, 2014http://blog.score.org/wp-content/uploads/2012/02/heart_hands.jpg |
Urusan hati. Urusan yang bisa saja dimulai ketika bersemayam menikmati gelapnya ruang kosong. Penantian terang oleh cercah cahaya yang datang demi asa. Menunjukkan adanya jalan keluar dari kenikmatan menyendiri ketika ada insan lain yang menemani. Lalu mencuat untuk kembali menikmati permainan hati.
Permainan hati, layaknya labirin yang meliuk seakan buntu namun memiliki jalan keluar. Jalan keluarnya mungkin saja jauh. Sejauh pelarian kekecewaan terhadap kenyataan yang terjadi tidak sesuai harapan. Sejauh lampiasan kesedihan karena perasaan yang terkubur rapi dibawah tanah basah bertabur kelopak bunga yang dipisahkan dari tangkainya. Sejauh itu juga hati yang ditinggalkan, menjadi kering tanpa harapan.
Kering. Bukan berarti kering tak bisa basah. Bersabarlah menanti hujan agar kuyup lalu lembab, agar merasakan lembutnya embun dan indahnya pelangi ketika hujan itu berlalu. Kegerahan, dihujani kedinginan, lalu merasakan sejuk. Gerah karena cemburu, dingin karena emosi yang tak terlampiaskan, lalu bisa saja menjadi sejuk karena nyaman perasaan.
Urusan hati. Ya, hati memang punya banyak urusan. Urusan tentang iri, keki, dengki, atau apapun yang negatif. Urusan suka, sayang, cinta atau apapun yang positif. Urusan benci, nyaman, marah, senang atau apapun yang bertolakbelakang. Tak pernah ada habisnya bila dibahas satu persatu.
Satu hati, banyak urusan. Tak pernah habis bila dibahas, tapi banyak cerita bila diurus. Pengurusannya tak mudah. Banyak godaan mendera, banyak rintangan menghadang. Bagai badai yang tak kunjung reda menerpa seorang pejalan yang teguh untuk terus melangkah. Selalu memberi pilihan, melangkah ke depan atau melangkah ke belakang. Setiap hati memiliki tertimbangan yang berbeda.
Berbeda hati berbeda pertimbangan. Tergantung hati itu masih merah merekah, atau hati yang sudah beku lalu menghitam. Optimisme selalu memberi asa. Namun pesimis selalu menggoda.
Takkan pernah selesai perjalanan urusan hati, kecuali .... mati.
(terinspirasi mengembangkan kalimat-kalimat yang ada dalam percakapan dengan @KKend_Is)
Dwindi, 2014
0 comments