Jadi, ketika itu..... Bukan, gak selama itu sih sebenarnya. Tadi pagi, via BBM ada yang nanya ke gue,"Bang, pernah jadi pengawa gak?

Ya gue jawab, "Kagak. Gue pasti gak bakal biarin ada yang nyontek."

Dia bales lagi, "emang Abang dulu gak pernah nyontek?"

Gue jawab, "Rajin malah. Saking seringnya, udah banyak modus nyo tek yang gue coba. Itu makanya gue bakal tau ada yang nyontek atau ngga."

Coba kita telaah lagi. Orang ini punya mindset yang kira-kira seperti berikut:

1. Pengawas yang baik adalah pengawas yang membiarkan ketika ada yang nyontek atau kecurangan dalam bentuk apapun, walaupun dia tau.

2. Berharap para pengawasnya nanti bisa dinegosiasi kalau tugasnya dikumpulin telat.

Kalau dipikir-pikir, tugas seorang oengawas ni apa sih coba? Gak cuma bagi-bagiin soal terus terima pengumpulannkertas jawaban dan tugas aja kan? Bukan juga pengawas itu mah namanya, tapi paperman. 

Pengawas. Seorang pengawas itu dibayar mengawasi prosesi ujian yang berlangsung agar tidak ada yang melakukan kecurangan. Tugas sampingannya ya bagi-bagi soal, terima jawaban, terima pengumpulan tugas, absensi peserta ujian, dll lah, yang jelas masih soal administrasi gitu deh. Nah, dari sini gue menyimpulkan, kalau ada pengawas yang 'baik' (dalam hal ini, dia gak ngawasin tapi cuma urus administrasi aja) itu adalah pengawas yang korupsi. Nah lhoooo.

Mahasiswa. Yaelah namanya mahasiswa (atau siswa-siswa lainnya), mereka itu membayar untuk ujian. Mereka mengeluarkan uang untuk menghadapi ujian. Ya jelas aja pengen langsung lulus. Gimana pun caranya. Kenapa? Ya biar gak bayar lagi, biar satu persatu ujiannya beres. Manusiawi kan? Lo semua harus setuju tingkah peserta ujian kayak begini adalah manusiawi. Harus. Soalnya kalau gak manusiawi, gak bakal pernah ada istilah pengawas.

Nah, kalau cerita "pengawas ujian yang baik", mungkin faktornya karena si pengawas gak mau ambil pusing. Bagaimana dengan pengawas-pengawas lainnya? Misalnya pengawas korupsi, korupsi tu manusiawi. Siapa sih yang gak tergoda duit banyak. Lalu ada pengawasnya. Kalau masih ada yang bisa korupsi, kemungkinannya ada dua. Yang pertama, koruptor itu emang jago modus, sampe semua pengawasnya kecele. Yang kedua, pengawas korupsi dibayar koruptor untuk jadi pengawas yang 'baik'. Yang jelas kalau masih terjadi kecurangan, pengawaslah yang lebih bersalah dari pelakunya. Itu teori gue.

Pernah ada pameo yang gue dengar waktu gue masih sekolah. Katanya gini, "Menyontek itu adalah asal-muasal tindakan korupsi. Itulah mental koruptor". Ah gue sih gak setuju. Gue tetap pada teori gue. Kalau terjadi kecurangan, yang salah bukan pelakunya, tapi pengawasnya.

Ini berlaku ke semua aspek. Banyak kok. Ya ujian, korupsi, kegiatan ospek di kampus, acara makrab, event musik, ceramah, penilangan, razia, dll dkk dsb dst. Pokoknya, kalau terjadi hal-hal negatif, yang salah adalah pengawasnya. Kalau memang udah terjadi kecurangan, dan pengawas yang disalahin, itu karena pengawas punya dua dosa. Yang pertama, dosa karena lebih cupu dari pelaku. Yang kedua, dosa karena gak ambil pusing tugasnya.

Kalau gue pribadi, ketika kejatahan pengawas yang 'baik' gue bakal ngeremehin dia dengan nyontek secara blak-blakan. Tapi gue bakal pakai cara nyontek yang modus to the max ketika kejatahan pengawas yang killer. Pokoknya kalau gue gak bisa ya gue tetap nyontek, tujuan nonmainstream adalah, nantang adu skill sama pengawas. Seru-seruan aja. Tapi giliran gue jadi pengawas, maaf-maaf aja, gue gak mau dikatain pengawas 'baik' dong ya. Gue juga bakal adu skill sama peserta. Gue gak mau kecele kayak pengawas-pengawas yang pernah gue 'kalahin'. Hahahahaha.

* * * * * 

Dwindown, 2014


Image Source :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAD-njxrU0ra4fJFoz9iPNxkyGaIyBO6KhGBK2CJi7fBCnxf9CDU-72YuyWzeDnFofk5-bOYC21MLfKK0GucHlIrWHDXfbARMFxbTIUu-XePQJHv4xNqvvjOLTLF_uuIBwaUM-l5Bwyxw/s1600/penjaga-ujian.jpg