Demi Salar
Selasa, Mei 20, 2014Ya ampun, lama banget gak nulis. Hidup gue lagi chaos sama urusan-urusan duniawi dan lain-lain. Mungkin suatu saat malah jadi content dalam blog ini. Anggap aja pecah telur dari ke-vacuum-an gue nulis kemaren, gue mau kasih cerita lanjutan tentang Cinta Dua Dunia Antara Guza dan Salar.
*****
Sudah dari pagi Guza kasak kusuk bolak-balik, keluar masuk kantor dengan muka kusut dan kusam. Keringat sudah bercucuran. Hari ini Guza memang mengurus supplier bahan bangunan untuk pembangunan kost-kostan di salah satu sudut kota ini. Jam tangan menunjukkan waktu pukul 13.05 WIB. Lelah. Panas matahari terlalu terik siang ini. Otak terasa leleh dan menetes bersamaan dengan keringat yang mengalir tanpa jeda. Guza duduk diam menghadap kipas angin.
"Dari mana sih kamu?" Salar tiba-tiba muncul didepan Guza, lebih tepatnya dibelakang kipas yang menghadap pada Guza dan sibuk membantunya mendinginkan badan. Dasar hantu.
"Aduh Sal, jangan nanya-nanya sekarang. Otakku masih leleh kemana-mana." jawab Guza seenaknya.
Salar manyun, duduk tegak dan membelakangi Guza. Bete.
Guza bangkit, ke kamar kerja, mengambil peralatan mandi dan langsung ke kamar mandi. Guza lewat didepan Salar.
"Gak usah manyun, jelek tauk! Aku ngurus kerjaan tadi, bolak balik toko bahan bangunan. Aku mau mandi dulu biar seger lagi. Jangan ngintil, jangan masuk, jangan ngintip!" Guza bicara sambil berlalu.
"Hahahahahaha. Iya iyaaaa." Guza sempat menoleh demi melihat perubahan mimik wajahnya yang kini lebih imut daripada manyun tadi.
*****
Salar menghampiri ketika Guza sedang merapikan kemeja bermotif kotak-kotak berwarna merah hitam yang di mix dengan kaos oblong berwarna putih didalamnya,dan memasukkan handphone, dompet dll ke celana jeans pendeknya.
"Kamu mau kemana lagi? Kok hari ini pergi-pergi terus sih. Aku sendirian sepanjang hari." Wajahnya sedih banget.
"Aku ada janji nongkrong bareng temen, Sal."
"Dimana?"
"Kafe gitu sih. Mmmmmm. Kamu... mau ikut?" ajak Guza.
"Boleh?" Oke, kali ini wajahnya mendadak sumringah penuh harap.
"Yaaaa... aku kan nawarin, tandanya boleh-boleh aja, kenapa tidak." jawabku enteng. Guza mengambil helm hitam kesayangannya. "Jadi, mau ikut atau nggak?"
"MAU!"
Lalu Guza pun membonceng Salar yang bahagia banget ikut jalan-jalan keluar kantor melihat kota yang jarang sekali dia lihat. Ya maklum, Salar memang gak pernah keluar dari kantor. Salar memelukku sepanjang jalan. Kebahagiaannya menjalar dan menular padaku. Lelahku tadi hilang seketika.
*****
Handphone bergetar. Guza menepi dan melihat layar . Siska menelpon.
"Ya, halo?"
"Halo, Guza, motorku gak oke nih buat dipake sore ini. Kamu bisa jemput aku? Biar aku bareng kamu aja ke kafe." kata Siska menjelaskan kondisi dan permintaannya.
Guza menoleh ke belakang, Melihat Salar yang juga menoleh kearahnya sambil tersenyum ceria karena diajak pergi keluar kantor. Hmmmm.
"Aduh maaf Sis, aku gak bisa. Coba telepon yang lain. Maaf ya."
Telepon mati.
"Siapa? Kok kamu minta maaf gitu? Klien ya?" tanya Salar.
"Bukan, tadi itu Siska. Minta aku untuk jemput dia, tapi aku bilang aku gak bisa."
"Kenapa?"
"Karena aku sedang membonceng kamu. Masa aku jemput Siska." Jawab Guza tanpa berfikir lagi.
Salar hanya tersenyum dan justru berteriak, "AYO JALAN LAGIIII!!!"
Hahahaha. Guza lebih memilih menyaksikan Salar yang kegirangan ketimbang menjemput dan membonceng Siska. Guza senang melihat Salar segitu bahagianya diajak keluar seperti ini. Dia memang hantu, tapi begitu nyata bagi Guza.
*****
Dwindi, 2014
0 comments