Antara Guza & Salar
Selasa, April 22, 2014Untuk menjawab request via Twitter dan Line, gue mau terusin cerita pendek yang masih bercerita tentang hubungan Guza dan Salar yang beda dunia. Dunia nyata dan Dunia gaib. Jangan-jangan nanti malah bukan jadi cerpen, melainkan cerbung, hahaha. Enjoy.
* * * * *
Rumah kontrakan ini memang sengaja kusewa untuk dijadikan kantor. Bulan-bulan pertama aku sering tinggal sendiri dan mengerjakan beberapa pekerjaan kecil dengan honor kecil sendirian. Dari pagi hingga pagi lagi. Aku tidur dimana saja. Karpet, susunan kursi, dibawah meja, lantai dan dimana saja yang sekiranya bisa berbaring. Rumah ini, kita sebut saja kantor. Aku hanya sendiri didalam kantor ini. Jarang sekarang ada kawan yang datang untuk menemaniku menghias hitam malam dengan sekedar senda gurau atau membantu pekerjaan.
Malam ini, aku masih dengan malam yang penuh dengan kesendirian. Aku berkutat dengan animasi yang sedang kubuat. Mataku sudah setengah tertutup. Urat-urat merah sudah muncul di bola mataku. Urat-urat kepala juga sudah membengkak dan menonjol di dahiku. Tak ada playlist, tak ada suara. Hening. Hanya ada suara tombol keyboard dan clicks dari mouse. Paling ya sesekali ada suara motor lewat.
Diantara monitor dan keyboard-ku, sudah ada dua gelas kopi yang hanya tinggal ampas hitamnya saja. Asbakku sudah penuh dengan puntung rokok dan abu. Wajahku kusam, rambut lepek berantakan. Aku memang belum tidur dan mandi selama tiga hari berturut-turut demi menyelesaikan pekerjaan animasi ini.
Tiba-tiba, ada yang mengelus-elus ubun-ubunku saat aku bersandar dan menutupi wajahku yang lelah. Halus. Lembut. Aku juga merasakan adanya hawa sejuk yang nyaman. Mataku semakin menutup. Kini kondisiku antara sadar dan tidak sadar. Lelah yang tadinya kutahan kini tidak lagi dapat dibendung. Badanku lemas. Dan suasana ini, entah dari mana, sanggup membuatku menikmatinya. Sebelum aku kehilangan seluruh kesadaranku, aku mendengar tutur kata yang pelan, merdu.
"Istirahat dong Guza, kamu bisa sakit. Jangan paksain badan kayak begini dong. Percuma kamu punya uang tapi badanmu sakit-sakitan. Perhatiin kesehatan juga dong, Sayang."
Aku tertidur dalam dekapan... yang... sepertinya... itu... Salar.
Keesokan paginya, aku terbangun dengan posisi baring sempurna. Sendi-sendiku sama sekali tidak terasa sakit atau pegal. Cukup bingung, karena hal terakhir yang kuingat, aku tertidur bersandar dikursi.
"Selamat pagi." suara merdu beriring senyum manis menyambut mataku yang terbuka. Salar duduk manis dikananku. Entah sejak kapan dia ada disitu.
"Pagi, Sal." jawabku, "Kok aku ada disini ya? Bukannya semalam aku dikursi?"
"Aku yang pindahin, hehehehe. Tapi jangan tanya gimana caranya, aku gak bisa jelasin." kata Salar.
"Oh, oke. Makasih ya, Sal." Ujarku, masih bingung.
"Iya, badannya gak ada yang sakit-sakit kayak biasanya kan?" tanya Salar.
"Nggak ada sih. Posisi tidurnya udah sesuai sama yang seharusnya, mana ada alasan ni badan sakit-sakit. Hahaha"
"Bagus deh kalau gitu." Lagi-lagi. Salar tersenyum dengan manis. Aku diam. Lumayan pagi-pagi bisa menikmati senyum semanis itu. Anggap aja sarapan pagi. Hehehehe
Kalau gak ada Salar, pagi ini pasti suram karena begitu melek langsung ingat kerjaan di komputer. Aku merasa sangat terbantu dengan keberadaan Salar. Walaupun bawel, sebenarnya dia baik. Niatnya baik. Caranya aja yang sering gombal itu bikin sal-ting. Asli deh, digombalin hantu tu rasanya kayak ada hantu yang gombalin. Parah banget kan?
Karena banyak sendiri inilah aku bisa bertemu dan kenal dengan Salar. Makhluk gaib yang cantik, perhatian, dan tentu saja, Bawel!! Tempat bersemayamnya, diplafon kamar mandi. Iya, memang itu aneh.
Setiap aku masuk kamar mandi, aku selalu merasakan tiupan angin yang dingin. Padahal kalau diperhatikan, walau tidak dengan seksama, tidak ada celah yang bisa menjadi jalur angin untuk masuk ke kamar mandi. Ternyata, tiupan itu adalah kelakuan Salar. Hobinya mengintip orang-orang yang masuk dalam kamar mandi dan menghembuskan angin ke sekitaran tengkuk (leher bagian belakang).
Setelah tahu kejadian aneh dikamar mandi itu kelakuan hantu cewek, aku mulai waspada. Bagaimanapun juga aku gak rela ada yang mengintipi aku mandi, sekalipun itu hantu. Herannya, Salar lebih centil ketimbang cewek-cewek nyata yang aku kenal. Malah lebih berani.
"Salaaaar, keluar! Aku mau mandi nih." teriakku dari luar kamar mandi.
"Ya mandi aja kali." jawabnya santai.
"Heh, meta-fisik ganjen, mau ngintip aku mandi?"
"Emangnya boleh?" nada berharap.
"Woy! Ya kagak lah. Gimana sih. Malah ngarep."
"Huuu, Guza pelit. Iya iya, aku keluar."
"Awas kalau masuk pas aku mandi, kumasukin botol kecap lho."
"Aw, aku udah manis ya. Gak usah dimasukin botol kecap lagi."
"Iya, manis, tapi kurang item."
"Aaaaaahhhh Guza bilang aku maniiiisss.." Dan dia pergi sambil cekikikan. Aku sal-ting didepan pintu kamar mandi. Dasar hantu centil.
* * * * *
Keesokan paginya, aku terbangun dengan posisi baring sempurna. Sendi-sendiku sama sekali tidak terasa sakit atau pegal. Cukup bingung, karena hal terakhir yang kuingat, aku tertidur bersandar dikursi.
"Selamat pagi." suara merdu beriring senyum manis menyambut mataku yang terbuka. Salar duduk manis dikananku. Entah sejak kapan dia ada disitu.
"Pagi, Sal." jawabku, "Kok aku ada disini ya? Bukannya semalam aku dikursi?"
"Aku yang pindahin, hehehehe. Tapi jangan tanya gimana caranya, aku gak bisa jelasin." kata Salar.
"Oh, oke. Makasih ya, Sal." Ujarku, masih bingung.
"Iya, badannya gak ada yang sakit-sakit kayak biasanya kan?" tanya Salar.
"Nggak ada sih. Posisi tidurnya udah sesuai sama yang seharusnya, mana ada alasan ni badan sakit-sakit. Hahaha"
"Bagus deh kalau gitu." Lagi-lagi. Salar tersenyum dengan manis. Aku diam. Lumayan pagi-pagi bisa menikmati senyum semanis itu. Anggap aja sarapan pagi. Hehehehe
Kalau gak ada Salar, pagi ini pasti suram karena begitu melek langsung ingat kerjaan di komputer. Aku merasa sangat terbantu dengan keberadaan Salar. Walaupun bawel, sebenarnya dia baik. Niatnya baik. Caranya aja yang sering gombal itu bikin sal-ting. Asli deh, digombalin hantu tu rasanya kayak ada hantu yang gombalin. Parah banget kan?
* * * * *
Karena banyak sendiri inilah aku bisa bertemu dan kenal dengan Salar. Makhluk gaib yang cantik, perhatian, dan tentu saja, Bawel!! Tempat bersemayamnya, diplafon kamar mandi. Iya, memang itu aneh.
Setiap aku masuk kamar mandi, aku selalu merasakan tiupan angin yang dingin. Padahal kalau diperhatikan, walau tidak dengan seksama, tidak ada celah yang bisa menjadi jalur angin untuk masuk ke kamar mandi. Ternyata, tiupan itu adalah kelakuan Salar. Hobinya mengintip orang-orang yang masuk dalam kamar mandi dan menghembuskan angin ke sekitaran tengkuk (leher bagian belakang).
Setelah tahu kejadian aneh dikamar mandi itu kelakuan hantu cewek, aku mulai waspada. Bagaimanapun juga aku gak rela ada yang mengintipi aku mandi, sekalipun itu hantu. Herannya, Salar lebih centil ketimbang cewek-cewek nyata yang aku kenal. Malah lebih berani.
"Ya mandi aja kali." jawabnya santai.
"Heh, meta-fisik ganjen, mau ngintip aku mandi?"
"Emangnya boleh?" nada berharap.
"Woy! Ya kagak lah. Gimana sih. Malah ngarep."
"Huuu, Guza pelit. Iya iya, aku keluar."
"Awas kalau masuk pas aku mandi, kumasukin botol kecap lho."
"Aw, aku udah manis ya. Gak usah dimasukin botol kecap lagi."
"Iya, manis, tapi kurang item."
"Aaaaaahhhh Guza bilang aku maniiiisss.." Dan dia pergi sambil cekikikan. Aku sal-ting didepan pintu kamar mandi. Dasar hantu centil.
Dwindown, 2014
0 comments