Sang Supir Travel : Maag Kronis

Rabu, Mei 28, 2014

Keri, sang supir travel asli Yogyakarta ini sedang dalam perjalanan Yogyakarta - Malang. Doi menyetir mobil Avanza dengan enam penumpang. Perjalanan ini ternyata tidak selancar yang diharapkan oleh semua awak kabin Avanza hitam tersebut.


"Aaaaaarrrgh.." suara teriakan sangat keras dari bangku paling belakang.

"Kenapa pak?" seluruh awak mobil itu berkata serempak bak tim cheerleader yang sedang berteriak yelyel untuk tim basket sekolahnya.

"Ini mas, aku pingsan ni bentar lagi! UGEDE MAS UGEDEEEE!!!!" Bapak ini berhasil membuat seluruh warga dalam mobil ini ikutan panik.

"IYA BAPAK INI KENAPAAA?? SERANGAN JANTUNG?" Bapak-bapak yang duduk di tengah gak kalah panik daripada Keri.

"Saya maag kronis pak, tolong ini sebentar lagi saya pingsan." Suaranya mulai memelas.

"OKE PAK, TAHAN DULU RASA PENGEN PINGSANNYA, INI SAYA LAGI CARI RUMAHSAKITNYA. SABAR!" Keri panik gak karuan, jadinya ikutan teriak-teriak.

"Mas, ini dompet dan hape saya. Tolong nanti kalau sebelum sampai ugede tapi saya udah pingsan, bayari ongkos rumah sakit dan hubungi istri saya." Bapak korban maag ini memberikan wasiat secara lisan pada Keri. Keri bengong.

Mobil akhirnya memasuki pelataran rumah sakit. Bapak korban maag itu, sukses terkapar sebelum mobil sampai di depan UGD dan dibawa menggunakan blankar memasuki UGD oleh para perawat UGD dan segera ditangani dokter jaga.

Penumpang lain? Jelas, cuma bisa menunggu bapak ini ditangani (ditangani disini maksudnya diurus ya, bukan dipukulin) dokter. Ada pasal di rancangan undang-undang per-travel-an dimana sang supir harus mendahulukan orang sakit daripada orang sehat. Kabarnya sih gitu.

"Mas, ini bapaknya tolong dirawat baik-baik ya, penyakitnya sudah parah." pesan dokter pada Keri.

"Lho kok saya, Dok?" tanya Keri.

"Lha mas ini siapanya pasien?" 

"Saya ini supir travel doook, jangan titip pesan sama saya. Saya gak bisa ngerawat bapak ini."

"Oh.."

"Gini dok, ini saya masih harus melanjutkan perjalanan untuk mengantar penumpang yang lain, istri bapak ini sudah saya telepon, barangnya ni udah saya turunkan. Ini dompetnya, ini hapenya. Saya titip ke dokter ya. Istrinya bilang segera menyusul. Makasih banyak dok." Keri memberikan segala harta penumpang yang berubah status menjadi pasien secara mendadak ini dan segera menuju mobilnya.

Dokter bengong, penumpang lain sorak sorai, Keri sakit kepala. Bagaimanapun, perjalanan harus terus dilanjutkan. 

*****
Dwindown, 2014

You Might Also Like

0 comments