TGSL : Minder itu ...
Rabu, Mei 21, 2014sumber gambar : http://www.sahabatnestle.co.id/ |
Si Budi
Sebutlah salah satunya bernama Budi. Nah, Budi ini suka sama seorang perempuan cantik yang telah ia pilih sebagai pujaan hati, penyemangat hidup, dan sangat ingin perempuan ini menemani jiwaraganya. Masalahnya dimana?
Masalahnya, Budi gak pernah bisa memulai melangkah untuk mencapai keinginannya, melabuhkan rasa yang menggebu-gebu pada perempuan cantik yang malah cuek-cuek aja. Minder menjadi poin utama yang dimiliki Budi, menghalangi semuanya. Inisiatif pria rusak seketika gara-gara minder ini. Ya jelas aja, baru juga tatap muka udah langsung grogi. Pikiran ya nge-blank dong ya. Dia justru lebih banyak berbicara pada kawan-kawannya (termasuk gue, kawan baru) tentang pujaannya daripada memulai misi pendekatan. Sekian banyak orang sudah setuju, bahkan nyokapnya si perempuan cantik ini juga setuju anaknya didekati pria baik seperti Budi.
Bagaimanapun juga, sebanyak apapun yang mendukung, tetap kembali ke Budi sendiri. Budi mampu untuk merealisasikan keinginannya atau tidak. Tapi kalau begini terus, bagaimana bisa si Cantik bisa menoleh dan "menganggap" kehadiran Budi? Bagaimana bisa si Cantik menganggap Budi pantas untuk ditemani jiwaraganya? Bagaimana bisa si Cantik mau untuk jadi "semangat-booster" untuk Budi? Lah ya, Budi aja belum sanggup menunjukkan bahwa dirinya "ada" dan "pantas".
Si Emit
Ya anggaplah nama yang satunya lagi adalah Emit. Masih cowok juga. Tapi level mindernya lebih parah lagi. Jangankan masalah cewek, Emit ini benar-benar pendiam di segala dunia. Baik dunia pertemanan maupun dunia kerjanya. Dia kerja sebagai "kenek" tukang yang hanya menunggu kabar ada atau tidaknya proyek pembangunan rumah dari abangnya. Abangnya sebagai tukang, Emit sebagai keneknya.
Masalah dia adalah diamnya itu. Padahal kalau saja di proyekan itu dia ngobrol-ngobrol dengan tukang yang lain, dia bisa saja diajak untuk ikut proyek tukang tersebut. Jelas dong, kalau kondisinya begitu tidak akan ada istilah "sempat menganggur karena menunggu kabar proyek dari si Abang" di hidup Emit sekarang. Faktanya, gue kenal Emit ini karena dia beneran lagi nganggur dan nunggu kabar dari Abangnya.
Emit ini pemalu parah, pendiam kronis dan pemendam tingkat lanjut. Kalau begini terus, bagaimana bisa maju? Bagaimana bisa menjadi tukang ahli kalau masih ngikut-ngikut Abang terus? Bagaimana bisa punya link banyak kalau diam terus?
Mindeeeer...
Tau gak sih lo kalau sebenarnya semua orang punya bibit penyakit minder. Tapi kadarnya aja yang berbeda-beda. Ada yang cuma setengah sendok teh, ada yang malah seciduk, ada yang segentong juga. Penanganan masalah psikis ginian sih mendingan renungin diri baik-baik, apa yang buat minder, dan apa yang bisa dibanggain. Setelah itu, latihan untuk percaya diri.
2014 nih men, belajar percaya diri itu mudah. Caranya:
1. Siapkan kamera handphone
2. Aktifkan fitur kamera
3. Putar 180 derajat untuk menggunakan kamera belakang atau aktifkan kamera depan
4. Senyumlah, pilih senyum mana yang paling cocok dengan tipikal wajah lo
5. Kalau masih ga pantes juga, coba kembungin pipi dikit
6. Dan kalau masih aneh juga, coba tambah hiasan di sisi kanan atau kiri berupa dua jari (jari telunjuk dan tengah)
7. Pilih sudut yang tepat untuk lo bisa merasa puas banget sama diri lo sendiri. Biar lo bangga pada diri lo sendiri. Coba beberapa view, misalnya bird-view (kamera ada diatas kepala), eye-view (kamera sejajar dengan mata) dan worm-view (kamera dibawah kepala).
8. Klik atau tekan Shutterbutton-nya
9. Kalau masih belum puas sama hasilnya, lo masih bisa berjuang di Photoshop.
Hmmmmm. Latihan yang tadi cukup freak memang. Kadang bagi sebagian orang, cara tersebut bisa bikin addicted banget. Hahahahahahahaha. Hati-hati, jangan keterusan. Bisa mulai dengan cara konvensional. Caranya gampang aja.
Mulailah sering bicara dengan orang banyak. Berani muncul di suatu perkumpulan dan menonjol disana. Ingat, MENONJOL, bukan MENONJOK. Karena kedua hal tersebut benar-benar berbeda. Mulai juga dengan mengutarakan pikiran dan sharing pendapat. Menjadi orang yang nyaman diajak ngobrol juga cukup menjadi alasan lo bisa menonjol dan dicari orang. Itu saja sudah bisa jadi alasan untuk percaya diri. Percaya diri, percaya bahwa diri sendiri bisa menjadi pribadi yang dibutuhkan orang dan bermanfaat bagi orang banyak. Kalau sudah percaya diri, pikiran gak akan stuck dan inisiatif bisa lancar. Bahkan gak cuma inisiatif, tapi inovasi juga bisa jadi lancar.
Inget-inget aja, ini tahun 2014, saingan dah banyak banget. Kompetisi dimana-mana. Orang-orang sudah berlari untuk mengejar mimpinya, yang bisa saja mimpinya sama dengan mimpi lo. Jangan sampai keduluan orang karena lo cuma diam, menikmati mimpi tanpa mengejar mimpi itu. Orang-orang tu berlari, sedangkan karena minder lo itu lo cuma diam. Wajar kalau nantinya lo gak akan dapat apa-apa selain kecewa dan justru rasa minder itu menjadi semakin parah.
Dwindown, 2014
0 comments