"Hidup ini keras."

Sabtu, Agustus 15, 2015

Untuk inikah kita hidup?
Mungkin masing-masing dari kita udah mendengar kalimat itu. Malah gue pikir, hampir gak mungkin kalau ada yang belum pernah baca, dengar atau bahkan mengucap ulang kalimat tersebut. Tapi mungkin gue baru mulai mikir tentang apa yang ada di balik kalimat itu

Sebelumnya, yeah, gue setuju kalau hidup itu keras. Tapi justru itulah sebabnya, mengapa kita harus terus bicara bahwa hidup ini keras? Hidup tak kan melunak kalau kita ngucapin itu terus menerus, kan?

Well, untuk lo yang nyadar, apa pun yang kita baca, apa pun yang kita dengar apalagi yang kita ucapkan, memiliki pengaruh dalam otak kita. Berdasarkan hal tersebut, gue bisa bilang kalau dengan mengatakan "Hidup ini keras, Bro!" tidak menolong apa pun dalam kehidupan ini. Mungkin. Karena sebenarnya, bukankah kekerasan dalam kehidupan ini ada karena kita telah mempersiapkan diri untuk melakukan hal yang keras agar tidak dikerasi orang lain? Dengan segala kekhilafan yang dimiliki oleh manusia (yang dipicu oleh nafsu, kesombongan, arogansi, emosi dan lain-lain), kita tidak bisa bisa (atau tidak terlalu bisa) memilih bagian mana yang harus dikerasi dan bagian mana yang tidak sepatutnya dikerasi.


Semakin terpengaruh dengan kalimat "Hidup ini keras, Pak!", diri kita akan tersugesti apa pun yang terjadi akan menjadi wajar. Semua kekerasan yang terjadi akan jadi wajar bila kita selalu berpikir bahwa hidup ini keras.

Poinnya adalah bagaimana kalimat ini sangat mempengaruhi apa yang terjadi di atas bumi. Hidup ini sebenarnya bisa lebih damai dari pada apa yang terjadi sekarang. Lagi-lagi, adanya andil sugesti bahwa hidup ini keras, kita hanya sadar bahwa kita mempertahankan diri dari kekerasan yang dilakukan orang lain pada diri kita, namun kita mungkin tidak pernah sadar bahwa kita adalah sosok yang diwaspadai orang lain karena bisa saja kitalah yang membuat kekerasan itu pada orang lain.

Terus-terusan berpikir bahwa hidup ini keras, tidak hanya membuat hidup ini menjadi lebih keras dari seharusnya, tapi juga membuat hati kita mengeras dan membatu. Lagipula pengaruh ini juga gak bakal pernah bikin lo tenang. Ketika 'keras' sudah menjadi citra hidup lo, lo sulit untuk mendapatkan kedamaian. Setiap hal yang sebenarnya biasa aja, bikin lo berburuk sangka dan menganggapnya sebagai ancaman. Tidak ada satu pun jenis ancaman yang menjanjikan sebuah ketenangan, kan? Dan tidak ada satu pun alasan untuk bisa hidup tenang di bawah ancaman seseorang atau sesuatu, kan?

Bila "hidup ini keras" membuat kita mempersiapkan diri untuk kekerasan, mungkinkah "hidup ini indah" atau "hidup ini damai" membuat kita mempersiapkan diri untuk berdamai dan menikmati keindahan? Apa pun yang terjadi, kesalahpahaman, kebencian, ketidaksetujuan, dan hal-hal buruk lainnya kita hadapi dengan mencari jalan damai. Kita selalu mempersiapkan diri dan selalu mencari apa pun jalannya untuk berdamai, serta kita tidak akan menggunakannya lagi apabila hidup ini damai.

Haruskah kita menghilangkan senyum kita dan mereka dengan "hidup ini keras"?

Kalau saja kita mau mengakui, segala sesuatunya pasti punya pasangannya. Begitu juga dengan keras. Apakah akan ada api yang memancar jika batu api yang lo punya cuma satu? Apakah akan ada bunyi tepuk yang terdengar bila tangan yang berayun hanya satu? Tidak. Tidak akan ada akibat yang lebih eksplisit bila ada 'pembalasan'. Batu api akan berlubang bila ditetesi air, dan satu tangan yang mengayun akan mengubah turbulance angin yang menjadi sejuk sepoi-sepoi. Mungkin itu yang dimaksud oleh setiap agama yang mengajak kita untuk berdamai dan menghindari peperangan dengan saling menghargai, menghormati, saling memaafkan, hidup berdampingan dan damai untuk sebuah kesejahteraan hidup, untuk ketenangan batin, untuk bahagia bersama-sama. Seharusnya bumi ini bisa menjadi indah karena ada 7,3 miliar khalifah yang diutus Tuhan untuk menjaga bumi di tahun 2015 ini.

Gue gak bilang ini mudah. Bahkan mungkin saja gak sedikit dari kalian yang bilang ini mustahil. Itu makanya gue berharap semua orang yang ada di bumi ini menyadari apa tujuannya dihidupkan Tuhan, untuk apa dia ada di bumi, dan bagaimana indahnya alam yang ada di bumi ini.

* * * * *

Dwindown, 2015

photo compilation's source : 
Bing.com

You Might Also Like

1 comments