Untuk menjawab request via Twitter dan Line, gue mau terusin cerita pendek yang masih bercerita tentang hubungan Guza dan Salar yang beda dunia. Dunia nyata dan Dunia gaib. Jangan-jangan nanti malah bukan jadi cerpen, melainkan cerbung, hahaha. Enjoy.
Rumah kontrakan ini memang sengaja kusewa untuk dijadikan kantor. Bulan-bulan pertama aku sering tinggal sendiri dan mengerjakan beberapa pekerjaan kecil dengan honor kecil sendirian. Dari pagi hingga pagi lagi. Aku tidur dimana saja. Karpet, susunan kursi, dibawah meja, lantai dan dimana saja yang sekiranya bisa berbaring. Rumah ini, kita sebut saja kantor. Aku hanya sendiri didalam kantor ini. Jarang sekarang ada kawan yang datang untuk menemaniku menghias hitam malam dengan sekedar senda gurau atau membantu pekerjaan.
* * * * *
Rumah kontrakan ini memang sengaja kusewa untuk dijadikan kantor. Bulan-bulan pertama aku sering tinggal sendiri dan mengerjakan beberapa pekerjaan kecil dengan honor kecil sendirian. Dari pagi hingga pagi lagi. Aku tidur dimana saja. Karpet, susunan kursi, dibawah meja, lantai dan dimana saja yang sekiranya bisa berbaring. Rumah ini, kita sebut saja kantor. Aku hanya sendiri didalam kantor ini. Jarang sekarang ada kawan yang datang untuk menemaniku menghias hitam malam dengan sekedar senda gurau atau membantu pekerjaan.
Malam ini, aku masih dengan malam yang penuh dengan kesendirian. Aku berkutat dengan animasi yang sedang kubuat. Mataku sudah setengah tertutup. Urat-urat merah sudah muncul di bola mataku. Urat-urat kepala juga sudah membengkak dan menonjol di dahiku. Tak ada playlist, tak ada suara. Hening. Hanya ada suara tombol keyboard dan clicks dari mouse. Paling ya sesekali ada suara motor lewat.