Kita (seharusnya) Pecinta Alam
Minggu, April 15, 2012Posting kali ini adalah hasil dari baca-baca artikel, ngobrol dan eksplorasi pikiran sendiri. Semua yang gw sampaikan disini belum semua yang bisa gw aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi gw pikir, gak ada salahnya gw share hasil pemikiran gw :)
http://socialtimes.com/files/2011/04/earth.gif |
Gw pikir, memang tidak salah jika bumi sudah lagi tidak nyaman dengan kita. Bagaimana bumi bisa mencintai kita, sedangkan kita tidak mencintainya????? Wajarlah minyak mentah semakin langka, wajarlah banyak hewan punah, wajarlah cuaca semakin ekstrim. Bumi seperti menginginkan para manusia merasakan kesusahannya.
Sudah sangat banyak artikel, jurnal, buku dan berbagai media lain yang membahas tentang pelestarian bumi. Salah satunya tentang plastik, mulai dari efek produksi, penggunaan dan pembakaran bahan plastik. Namun tak banyak yang berubah, plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Konsep-konsep sustainable sudah banyak yang presentasikan dan disosialisasikan. Tapi yah, mungkin keinginan dari masing-masing individu lah yang belum begitu peduli dan mencintai bumi ini.
Sekian tahun terakhir, isu-isu Global Warming merebak. Hampir semua orang di seluruh penjuru bumi ini membicarakannya. Namun orang-orang yang tersadar dan kembali mempedulikan bumi hanya menjadi kaum minoritas. Gw gak begitu tahu secara mendalam tiap-tiap isu Global Warming, tapi setidaknya kita semua sudah sedikit banyak tahu kabar tentang bumi kita.
Kita seharusnya adalah pecinta alam. Kitalah penjaga alam. Jangan pikir pecinta alam itu hanya kelompok-kelompok yang senang berpetualang di alam bebas, karena mereka pun belum tentu peduli dengan lingkungan. Pecinta alam tidak akan merusak alam, baik secara makro maupun mikro. Pecinta alam tentu peduli dengan alam. Dan pecinta alam akan mendapat feedback dari alam, yaitu dicintai oleh alam itu sendiri.
http://www.daceband.com/addons/albums/images/314434013.jpg |
Ilustrasi 1:
Arsitek merancang rumah atau bangunan apapun yang berintegrasi dengan alam. Minimal menanam banyak vegetasi dalam desain exterior maupun interior untuk meramaikan suasana rumah. Pemilik rumah lalu menempati dan memelihara apa yang ada. Pemilik tentu dapat merasakan kenyamanan dari dalam maupun luar ruangnya. Alam memberikan yang terbaik kepada pemilik rumah sebagai balas budi pemilik yang peduli terhadap alam.
http://soloproperty.com/wp-content/uploads/2009/11/depan-rumah.jpg |
Kondisi yang bertolak belakang dengan ilustrasi 1. Menggunakan lebih dari 85% untuk mendirikan bangunan, maksimalisasi fungsi ruang dalam. Apa efeknya? Panas? Gerah? Jelas aja. Alam tidak diberi tempat untuk kenyamanannya, maka alam pun tidak menebar kenyamanannya bagi manusia. Dan manusia bukannya sadar, tapi malah memasang Air Conditioner (AC) yang lagi-lagi mengakibatkan dampak buruk terhadap lingkungan.
Alam ada untuk dimanfaatkan, bukan dikuasai. Hukum alam masih berlaku. Hukum sebab akibat juga masih berlaku. Bila kita menginginkan akibat yang baik, maka buatlah sebab yang baik pula. (Dwindi, 2012)
Alam sehat, kita nyaman. Alam rusak, kita susah. Masih haruskah perusakan alam terus meningkat? (Dwindi, 2012)
Mari kita lebih mencintai alam, agar alam pun lebih mencintai, menghargai atau bahkan merindukan keberadaan kita.
--Kita Seharusnya Pecinta Alam--
0 comments