Kapan ya?
Rabu, November 23, 2016Hai Assalamualaikum Bro Sist, apa kabar kalian di penghujung 2016 ini? Baik-baik aja kan? Hati-hati kawan, dunia lagi gak damai. beberapa jam sebelum gue nulis postingan ini, gue abisin kuota internet dengan nonton Youtube. Dari masalah Anti-Muslim hingga Live Street Dakwah. Dari soal Donald Trump hingga Rush Money.
Dunia lagi gonjang-ganjing, tapi tetep aja, beberapa temen yang sempet kontak-kontak sama gue, malah nanya, mana postingan galaunya? Kok udah lama gak posting di blog?
Ternyata bahasan galau masih sangat diminati. Hahahaha. Thanks banget untuk feedbacknya teman-teman pembaca yang budiman. Btw, akhir-akhir ini gue banyak dialog soal "kapan" dengan beberapa orang yang kejebak obrolan. Iya, Gue yang jebak. Tapi kali ini, gue akan menyambung pembahasan di postingan "Kapan Nikah?" Berbuah Perjodohan
Ya, kapan bagusnya kita nikah? Semakin gue merenung, semakin gue berfikir, semakin gue mendalami agama, semakin gue brainstorming, semakin banyak gue sharing, gue sangat setuju kalau jawabannya adalah SEGERA. atau biar kece, pake istilah internasionalnya, yaitu ASAP, As Soon As Possible. Why? Kenapa harus segera? Gimana sekolah gue? Gimana kuliah gue? Gimana kerjaan gue? Gimana karir gue? Gimana gimana gimana?
Yak, terlalu banyak tanya "gimana".. Too much thinking without doing. Look, gue juga terjebak dalam mindset yang sama. Tapi bukan mindset gue ya, melainkan mindset ortu gue. Makanya ampe sekarang gue belum nikah. Hehehehehe. Tapi gue pikir, gak ada salahnya lah gue sharing-sharing hal ini walaupun gue sendiri terjebak dalam kondisi yang sama.
Gini bro, sist. Salah satu jawaban yang paling nempel di benak gue adalah ketika gue ngomong ke salah satu tim animasi gue. Gue bilang, "Mas, semakin gue baca dan semakin jauh gue tau tanggungjawab seorang suami dalam Islam, kok malah makin takut nikah ya. Tanggungjawab dunia akhiratnya berat, Mas."
Jawabannya di luar ekspektasi gue. Si Mas ini menjawab, "Saya juga dulu gitu mas sebelum nikah. Saya juga mengeluhkan hal yang sama ke seorang ustadz. Ustadz itu bilang, itulah tujuan syaitan. Membuat kita tidak peduli dengan pernikahan. Kalau kita peduli, kita dibuat lebih peduli dengan keduniawian, seperti mikirin kuliah, kerjaan, karir, dan segala macamnya, sehingga kita menunda waktu untuk menikah. Dan hal yang paling utama adalah, syaitan sangat ingin kita tidak pernah menikah sampai kita mati nanti. Memang tanggungjawabnya besar, tapi kan ada Allah yang Maha Mengetahui. Allah juga janji, ada kemudahan dibalik kesulitan, kan?" Gue tertegun. Gak bales lagi. Gue mikirin kata-katanya. Hampir satu tahun lamanya sejak doi ngomong gitu, sampai sekarang masih terngiang-ngiang di benak gue.
Seorang cewek memberikan alasan yang cukup kuat untuk menunda waktu. Dia bilang "Apa kata tetangga kalau nikah diusia muda? Ntar disangka kecelakaan pula."
Yah, tetangga. Itulah mindset yang sudah dipengaruhi syaitan. Dengan kultur di Indonesia sekarang yang akhirnya karir, pekerjaan dan tingkat pendidikan lebih diutamakan daripada "menyempurnakan iman". Coba deh, mau sampai kapan menunda? Sekolah dikelarin dulu, udah masuk usia 18. Kuliah S1 dikelarin, udah masuk usia 22. Belum lagi kalo sekalian studi S2, udah masuk usia 24. Terus kerja 2-3 tahun, udah masuk 27. Terus apa? Galau belum dapat jodoh? Udah ngerasa ketuaan dengan status single?
Baru-baru ini ada temen gue juga, seangkatan ama gue di studi S1. Kira-kira tahun ini dia udah masuk usia 27 tahun. Curhatannya panjang, wak. Galau usia segitu dia masih single sedangkan teman-temannya udah nikah dan beranak-pinak. Malah lebih parahnya lagi, belum ada juga cowok yang cocok dari semua cowok yang deketin dia. Boro-boro cocok, baru juga dateng langsung di reject karena langsung mikir "ah gak cocok" / "ah alay" / "ah nggilani" / "ah agresif" / dst
Gue mencoba mencari penyebab lainnya kenapa orang-orang sekarang ni sukanya nunda-nunda nikah. Ah, iya. Selain perkara "Apa kata tetangga", hal lainnya adalah karena kuatnya mindset bahwa "kalau sudah nikah, tertutup kemungkinan untuk mengenal dunia luas, mencari ilmu, bekerja, berkarir, berkarya, karena akan sibuk ngurus rumahtangga."
Yang ini sih, mungkin sebaiknya gue gak komentar deh. Gue nunggu komentar dari teman-teman yang udah nikah, terutama yang cewek. Gimana menurut kalian tentang mindset tersebut? Benar atau salah? Apa iya dengan menikah maka kesempatan untuk belajar dan bekerja jadi tertutup?
* * * * *
Dwindown, 2016
Image source :
http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/1023497/big/095613400_1445063393-meme_kapan_nikah_5.jpg
0 comments