Galau Profesi

Sabtu, Mei 09, 2015

Wow, bener-bener ya jeda postingan gue jadi jauh banget. Ternyata udah sebulan aja gue gak posting. Sori untuk para pembaca, gue beneran sibuk membenahi hidup sendiri. Hahahaha. Gak se-drama itu sih. Yang terjadi sebenarnya adalah gue sibuk ama studi S2 gue dan gue asik mulai-mulai bisnis ini itu, ntar deh gue ceritain. Kita bahas dulu soal galau profesi. Gue mau share cerita gue yang berkaitan soal galau profesi ini. Hehehehe.


Foto wisuda gue, tahun 2012
Buat lo yang masih mahasiswa atau bahkan malah udah kelar studi S1, biasanya bakal mikir mau kerja apa. Atau malah galauin, mau kerja yang sesuai dengan disiplin atau sesuai dengan hobi (kalau memang keduanya beda bidang). Wajar kok, sangat wajar. Karena memang udah waktunya untuk galau masalah begituan. Kalau lo udah baca postingan "Anak Muda Umur 20-an Pasti Mengalami Ini, Kalau Kamu?" lo pasti setuju kenapa gue bilang "emang udah waktunya untuk galau". Ya, gue juga termasuk. Gue mengalami hal itu. Bahkan bisa dibilang, sampai sekarang juga gue masih galau profesi.

Tahun 2012 dulu, dari sebelum gue kelar pendadaran dan wisuda, gue udah ditanya nyokap, "setelah lulus mau ngapain?" Gue cuma jawab, "sepertinya gak langsung ngantor." Nyokap gue cuma iya-iya aja, jiwa keibuan beliau mungkin mengatakan, mumpung anaknya masih muda, silakan lakukan apapun yang lo mau.

Lalu di akhir tahun 2012, gue ditanya hal serupa dan saat itu jawaban gue udah beda. Gue jawab "Antara jadi arsitek dan jadi animator, kayaknya lebih seru jadi animator Mam." Ya, gue tau disaat itu gue mulai mengkhianati disiplin gue. Hehehehehe.

Gue emang udah keranjingan animasi sejak masih mahasiswa. Tepatnya sejak tahun 2011 waktu magang di kantor dosen karena gue dikasih kerjaan 3D terus, dan makin diracunin waktu gue magang di studio sebuah PH film yang posisi gue memang jadi animation visualizer. Bukannya cari lowongan kerja ke konsultan-konsultan konstruksi, gue malah ngabisin waktu untuk memperdalam software animasi.

hasil belajar 1 bulan jadinya kayak gini

Guess what? Hidup gue gak berjalan mulus. Gue buka studio visualisasi di tahun 2013 dan temen-temen yang back-up gue (walaupun udah gue fasilitasi dan ajari) mereka masih belum juga bisa mengimbangi gue. Dari sini gue dapet suatu pelajaran, bahwa bangun studio/ perusahaan/ sejenis, gak cukup sama-sama punya visi misi, sama-sama suka, tapi juga harus sama-sama ngotot dalam hal upgrade dan update. Dengan begitu, gak ada istilah "berat sebelah" yang bikin "kapal" jadi oleng. Sayangnya, "kapal" gue karam. Ya, studio gue tutup. Sejauh ini gue jadi lebih suka kerja sendiri daripada bareng ama orang lain, kecuali orang itu bener-bener selalu gak puas ama kemampuannya sehingga dia ngotot untuk upgrade dan update terus.

ini video profile studio gue dulu, bikinnya ngabisin waktu 1 bulan

Di dunia arsitektur sendiri, terutama di Indonesia, sepertinya animasi masih belum menjadi barang wajib dalam setiap proyeknya. Alasan pertama, animasi adalah barang mahal. Alasan kedua, di Indonesia masih sangat memungkinkan presentasi ke klien hanya menggunakan gambar 2D (DED | Development Engineering Drawing | gambar kerja | gambar kerja |bestek | whatever). Jadi dengan adanya gambar 3D, itu sudah sangat cukup sekali, terus buat apa bikin animasi? Bagi para developer mungkin jadi hal yang sangat buang-buang uang dan mengurangi provit. Animasi lebih dipakai di dunia entertainment. Sayangnya, kemampuan gue belum cukup mumpuni untuk bisa terlibat dalam dunia advertising, atau bahkan perfilman. Di tahun 2013, gue sempet tinggal di Jakarta, dan kayaknya cuma satu proyek arsitektural aja yang gue bikin animasinya. Dan karena diburu waktu, gue sendiri gak puas sama hasilnya. Gue ngerjain desain 15 ha dan bikin animasinya cuma dalam waktu 3 minggu. Sisanya gue malah bikin animasi yang non arsitektural, misalnya animasi logo. What the.....

Ini animasinya, gak tau jadi dibangun atau ngga oleh perusahaannya

salah satu animasi logo yang gue bikin

Tahun 2014, sebagai seorang anak yang jelas bikin ortu mikir "mubazir aja kuliah S1 kemaren klo gak jadi arsitek" karena gue milih untuk jadi animator, gue bukannya semakin mengasah kemampuan, malah asik sama dunia tulis menulis (dunia baru lagi, kan). Gue lebih rajin nulis di blog dan mulai bikin novel, ketimbang buka software-software 3D yang gue mau. Alasannya, mungkin karena gue ada sedikit rasa frustrasi karena kemampuan yang gue punya tidak/belum begitu dibutuhkan. Profesi gue sebagai animator yang belum seberapa itu jadi terasa seperti pengangguran. Ya bisa dibilang gue pengangguran. 2014 adalah tahun yang paling gak produktif yang pernah ada dalam hidup gue.

Karena ortu liat gue terlalu santai dalam keseharian, gue dikasih pilihan. Mau profesi sebagai karyawan atau sebagai mahasiswa (lagi). Akhirnya gue daftar untuk studi S2 arsitektur dan mulai kehidupan sebagai mahasiswa lagi. Kuliah lagi dan ngerjain tugas lagi. Sayangnya kehidupan di S2 gak seindah S1, ahahhahaha. Yaiyalah.

Dibalik suntuknya ngerjain tugas (tugas-tugasnya berurusan dengan penelitian dan jurnal ini itu), gue refreshing dengan kembali buka software 3D gue lagi. Herannya, setelah gue punya kesibukan, justru gue makin banyak bikin karya. Upload-upload di sosmed sana sini, dan mendapat komen ini itu. Sampai pada akhir tahun, sohib gue minta gue untuk membuat animasi proyek tugas akhir dia. Dan gue lakukan dengan seluruh kemampuan yang gue punya #tsaaahh. Dan disaat yang hampir bersamaan gue di hire untuk membuat animasi sebuah proyek dari IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) yaitu Museum Pacitan.


Ini dia animasi tugas akhir Sohib gue


Ini animasi proyek museumnya.

Gue ngerjain kedua animasi tersebut sendirian. Gue kerjain di setiap weekend karena gue masih kuliah dari senin sampai jumat. Dan gue menghabiskan hampir seluruh weekend gue dari bulan November 2014 sampai Januari 2015 cuma untuk bikin animasi dan mempelajari bagian dari animasi yang harus gue buat tapi gue belum kuasai caranya. Disini gue mulai mempelajari software baru, cuman bermodal tutorial Youtube doang.

Rasanya, 2015 seperti lembaran baru dalam hidup gue. Semakin gue pelajari dan gue dalami, semakin banyak gue upload karya di internet, semakin banyak gue mendapat dukungan dan tawaran kerjasama dan proyek ini itu. Saat ini, gak cuma bikin animasinya yang bisa gue kerjain, tapi skenario, video editing, sound editing, sampai special effectnya bisa gue kerjain, walaupun belum seahli orang lain dibidang yang sama. Yang gue lakuin cuma mempelajari lalu mencoba mempraktekkannya. Hasilnya, tentu saja di upload. Lucunya, temen kuliah adek gue yang jurusan komunikasi, juga minta tolong ke gue dalam urusan editing video untuk tugas iklan. Dan pernah juga minta dibuatkan bumper/ opening scene untuk proyek videografi yang mereka kerjain. Gue bener-bener jadi melenceng banget dari dunia arsitektur.

Ini bumper yang gue bikin

akhrinya gue bisa bikin animasi 2D kayak gini

* * * * *

Nah, untuk melengkapi postingan kali ini, tadi kan gue bilang gue dapat tawaran kerjasama gitu. Nah gue bakal uraikan apa aja dan sama siapa aja gue kerjasama dan tipe pekerjaannya kayak apa, termasuk apa yang gue kerjain diluar kerjasama tersebut.

Tatarupa Reka Matra

Ini adalah sebuah CV yang bergerak dibidang arsitektur dan interior. Founder dan owner dari Tatarupa ini adalah kakak angkatan gue waktu S1 dulu. Dia ngajak gue gabung terlebih untuk mengurus hal-hal yang berhubungan dengan visualisasi dan animasi arsitektur. Beberapa bulan ini cukup lumayan juga jumlah proyek yang gue kerjain. Tapi urusan desain, keterlibatan gue cuman minor doang. Mayornya bener-bener ngurus perkara visualnya.

Nojobusy Channel

Yeah, ada embel-embel channelnya tuh. Apalagi kalau bukan ngurus soal youtube. Jadi beberapa minggu lalu, temen-temen adek gue dari jurusan komunikasi, ngajakin gue untuk bikin channel di youtube. Setelah berdiskusi panjang dalam rapat kabinet yang jumlah anggotanya cuma 4 orang, gue ditunjuk jadi hostnya. Okelah. Akhirnya sesekali, kerjaan gue malah syuting. Tapi sampai sekarang memang belum, ada yang diposting. karena video-videonya sedang dalam masa editing.

Edukasi 4 Dimensi

Nah, ini adalah deal-dealan yang terbaru. Jadi dalam kerjasama ini, gue ditugaskan untuk memproduksi film-film animasi berdurasi 7-10 menit yang mengandung edukasi. Hasilnya nanti akan ditayangkan dalam bentuk 3D dan 4D. Tau kan yang ada efek goyang-goyang dikursi gitu? Kayak di dufan atau di Trans Studio gitu tuh. Nah, gue kejatahan untuk bikin filmnya. Mudah-mudahan lancar. 

Arkithumba

Ini adalah bisnis tas gue. Bisa dilihat di arkithumba.blogspot.com. Disini gue mencoba untuk membuat tas yang menyesuaikan dengan kebutuhan setiap profesi penggunanya. Tapi sejauh ini, yang ada di blog gue baru untuk arsitek/ seniman/ kontraktor, yaitu tas A3, yang gue namain mawanga thumba. Dan satu lagi, adalah beberapa jenis tas untuk fotografer. Kalau lo ada ide, profesi apa yang membutuhkan tas khusus, lo bisa usulin ke gue. Gue coba untuk menyediakannya. Haha.

Urtem-Plate

Ini adalah ide gue yang lain. Gue buat dalam wadah berupa webblog, yaitu urtem-plate.blogspot.com. Sejak bertahun-tahun lalu, gue ngabisin waktu dan quota internet untuk mencari template atau plugin atau apapun itu yang bisa memudahkan pekerjaan gue. Terlebih pekerjaan yang berhubungan dengan graphic, visual, animasi dkk. Nah, gue membangun webblog ini untuk bank of template for anything. Jadi dengan buka webblog ini, lo mau template apa aja ada kok. Hehehe. Gue punya satu temen yang membantu gue untuk memposting template-template tersebut, baik dari hasil searching di google, maupun template-template yang bersemayam di harddisk gue selama bertahun-tahun.

* * * * *

So, kembali soal profesi. Pertanyaannya bakalan jadi "Terus yang ada hubungan dengan arsitekturnya apa?" Nah itu dia bro. Hampir gak ada. Paling yaaaa rada ketolong ama proyek-proyek dari Tatarupa, beberapa konsultan arsitektur dan  beberapa temen yang minta gue jadi visualizer freelance mereka. Jadi gue yang ngurus perancangan/ visualisasi, mereka yang urus pelaksanaan. Sisanya, yeah, gak ada hubungannya samasekali dengan displin gue di S1 dan S2 ini. Dibilang mubazir kuliah sekian tahun di arsitektur pun kayaknya gak juga deh. Bagaimanapun, gue kenal 3D dari sebuah matakuliah di arsitektur itu sendiri.

Terus untuk apa S2 Arsitektur gue? Kayaknya gak ada jawaban yang lebih tepat selain "nambah wawasan dan pengalaman dibidang arsitektur". Ntar kalau ada jawaban lain, gue update deh, hahahaha. Bagaimanapun, gue masih mau menjaga disiplin ilmu gue (arsitektur) sebagai tiang ilmu yang gue bawa untuk hidup, jadi gue masih bakal update terus ke-arsitektur-an gue.

Galau profesi. Gue sih sampai sekarang masih aja galau profesi. Gue suka bingung jawab pertanyaan kerabat atau saudara gue yang nanya "lo kerja apa?" atau "kerja dimana?". Mungkin suatu saat calon mertua gue yang nanya gitu, bisa jadi gue juga galau gimana cara jawabnya. Postingan ini aja jadinya panjang banget.

Yang gue percaya sekarang adalah, apapun yang lo lakukan, apapun profesi lo, terserah lo mau berkiblat pada disiplin ilmu atau hobi, ya totalitas lah. Gue juga percaya, kalau lo ngejar kualitas, duit yang malah nguber-nguber lo, karena lo dipandang sebagai "tenaga ahli". Beda kalau lo malah ngejar duit, belum tentu lo bisa menyediakan kualitas. Untuk hal ini, gue bersyukur banget tahun 2015 ini sepertinya ada angin segar yang menghampiri gue. Angin segar berupa tawaran kerjasama dan tawaran proyek ini itu. Alhamdulillah. Kerjaan dapet, karya makin banyak, menghasilkan duit juga. 

Galau profesi tuh muncul ketika bikin kartu nama, "gue nulis profesi sebagai apa?"
Galau profesi tuh muncul ketika ada yang nanya "lo kerja apa? dimana?"
Galau profesi tuh muncul ketika sadar bahwa curriculum vitae menceritakan riwayat pekerjaan dan portofolio yang bidangnya gak cuma satu.

Tapi percaya deh ama gue, kalau kegalauan itu gak akan muncul waktu lo lagi asik sama dunia hobi lo atau pekerjaan apapun yang lagi lo lakuin, apalagi kalau menghasilkan duit. Gue yakin, pasti lupa ama kegalauan tentang "profesi lo apa?". Dengan begitu, galau profesi bukan lagi suatu masalah.

* * * * *

Dwindown, 2015

image & videos source:
dwind-own

You Might Also Like

2 comments

  1. wih.. mas gimana caranya bagi waktu, apalgi proyeknya banyak betul?

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh maaf gue baru baca komennya..

      caranya bagi waktu, kalau gue sih milih untuk memprioritaskan yang deadlinenya mepet dulu. Urusan yang lain, tunda dulu. Nah, kejadiannya lebih sering pake Power of Kepepet,, Herannya, kalau gue sih ya, makin kepepet, makin banyak yang bisa gue kerjain. Hehehe. Mungkin gara-gara terbiasa hidup gak sehat waktu kulliah S1..

      Cara lainnya, prioritaskan yang urgensinya lebih tinggi. Sedangkan yang urgensinya rendah, suruh ngalah dulu.. Hehehe..

      Selamat menjalani ibadah puasa ya Arima.. :)

      Hapus