Netizen dan Kehidupan di Republik Internet

Minggu, Oktober 02, 2016

Hidup di era digital seperti ini seharusnya membuat kita lebih pintar. Tapi nyatanya, masih banyak orang-orang yang salah dalam memanfaatkannya. Netizen, warga yang hidup di Republik Internet ternyata begitu beragam dan masing-masing tipenya memiliki komunitas yang besar. Postingan ini akan membahas tentang saya, anda, kalian dan mereka, para Netizen dan Kehidupan di Republik Internet.

Gue sebut Republik karena republik adalah urusan awam (res publica). Sejauh ini gue melihat, Internet justru menjadi tempat berkoar-koar dan bertingkahnya orang-orang yang justru gak berani bertindak di dunia nyata. Lebih banyak introvert yang bergaya ekstrovert, dan banyak juga ekstrovert yang makin pecicilan.



Internet adalah media informasi yang ternyata gak serta-merta membuat masyarakat cerdas. Kritis iya, tapi belum cerdas. Gue beberapa kali masuk ke dalam diskusi yang di dalamnya masih banyak orang-orang yang tidak memanfaatkan informasi di internet untuk wawasannya. Akhirnya malah memicu perdebatan. Lucunya, perdebatan ini adalah antara orang yang awam versus orang yang awam pula. Kebayang dong kejadiannya gimana. Bisa bayangin posisi gue sebagai penonton disana?

Kita ambil contoh kasus, Flat Earth. Kalian mungkin tau akun instagram Infia? Sejak bermunculan video Flat Earth di flatearth101.wordpress.com, setiap kali Infia memposting sesuatu tentang outer space seperti penemuan komet, planet, satelit atau apapun itu, apalagi kesebut NASA, gue kadang menyediakan waktu untuk membaca artikel singkatnya dan sekaligus komentar-komentar yang ada. Percayalah sob, gue betul-betul menikmati obrolan bodoh yang ada disana. Yang satu ngotot bumi itu datar dan selalu men-direct Netizen lain ke si 101, sedangkan yang satu lagi ngotot bumi itu berbentuk bola dengan kaidah-kaidah yang kita ketahui selama ini. Flat Earth, sampe sekarang hanya mentok di 101. Belum ada orang lain yang bicara dengan semangat yang sama seperti 101 tentang flat earth.

Contoh lainnya, Netizen masih sangat kental budaya Blackberry Messenger Broadcast Message. Jaman Whatsapp gini, mereka masih rajin "broadcast" pesan-pesan yang mereka gak tau benar atau salahnya. Pokoknya broadcast dulu. Karena fitur Broadcast gak ada di Whatsapp, kaum Netizen ini membanjiri grup-grup yang mereka ikuti. Bahkan pesan penuh ancaman seperti "kalau tidak sebarkan pesan ini ke 10 orang, maka anda akan sial" masih eksis aja, padahal referensi yang dikutip dalam pesan itu belum tentu bener. Parahnya, pesan kayak gitu seringnya yang berbau-bau agama. Bawa-bawa hadist yang banyaknya dibikin-bikin aja demi mendukung isi pesannya. Yang bikin gregetan, gak sedikit lho yang percaya, dan akhirnya ikutan broadcast.

Gue mulai menerka-nerka (karena belum mendapatkan jawaban pasti), apakah semua ini terjadi karena penggunaan internet lebih banyak ke youtube? Youtube adalah pusatnya video. Gue sering baca artikel yang isinya data pencarian paling banyak di youtube adalah Musik, Game, dan Video Lucu/Koplak-koplakan. Informasi malah gak ada. Tutorial aja muncul di urutan nomor 7 kok. Bisa dilihat kan kemana kecenderungan minat Netizen dalam menggunakan Internet?

Belum lagi bermunculan aplikasi seperti snapchat yang mengubah muka orang jadi anjing dan postingannya sering banget berupa video Netizen melet-melet biar lidah anjingnya keluar. Mungkin mereka ngerasa itu imut, tapi mereka gak sadar kali ya kalo mereka sedang menjadi diri mereka seperti anjing. Snapchat adalah aplikasi video sharing yang mulai diperkenalkan sejak 2014. Ujung-ujungnya Internet makin penuh dengan omong kosong. Yaitulah, omong kosong yang betul-betul dihinakan di jaman dulu, kini sangat diminati. Gue punya satu orang teman yang hobi mantengin layar snapchat untuk ngeliat video-video yang di share di snapchat. Heran aja sih liat dia bahagia banget liat video kehidupan orang-orang yang gak dia kenal. Tapi fenomena gak sampai di situ aja. Tenang kawan, masih ada Bigo Live, Musically, Smule dan lain-lain dengan cerita dan keunikannya masing-masing.

Sebenarnya masih banyak banget kasus yang terjadi dengan tersedianya sarana prasarana ber-omongkosong yang justru jauh lebih menarik minat Netizen daripada keilmuan, informasi, berita dan sejenisnya. Mungkin para pendiri Republik Internet dan aplikasi-aplikasi itu gak pernah punya maksud membuat Netizen jadi seperti sekarang ini, dan bisa jadi fenomena ini terjadi karena kesalahan/keawaman netizen dalam menggunakan sarana.

Bagaimanapun, gue harap kita semua (Netizen) bisa lebih cerdas lagi dengan teknologi informasi yang canggih sekarang ini. Tapi bagaimanapun juga, kita mungkin harus menerima bahwa inilah dinamika Netizen dan kehidupan di Republik Internet.

* * * * *

Dwindown, 2016

image source : https://www.google.co.uk/takeaction/images/entry-1-globe.jpg

You Might Also Like

0 comments