Lanjutin postingan sebelumnya (yang ini), Gue mau nambahin beberapa poin lagi.
6. Puitis-ability
Kalo ngerokok :
Aku duduk di atas perasaanku
Perasaan yang tergeletak tak berdaya
Dingin karena asmara tak lagi membara
Tipis karena terkikis cerita yang dramatis
Hujan badai menemani lamunanku
Begitu juga dengan rokok yang ada di antara jariku
Kuhisap dalam sisa rokokku,
lalu menghembuskan asap berikut beban hidup
Mungkin biasa bagi kebanyakan orang
Namun untukku, sore ini begitu sendu
Karena masa lalu,
Kembali memburu
Kalo vapor :
Sendiri dalam keramaian
Hal yang begitu biasa kurasakan
Topik-topik pembicaraan tak mampu menarik fokusku
Aku hanya diam,
Bernyanyi dan menari dengan isi otakku sendiri
Kuteteskan liquid ke kapas vaporku
Kuhisap sedalam-dalamnya
Lalu kuhembuskan uap beraroma kopi itu
Tebal, seperti hati yang sudah bebal
Nikmat rasa, Segar aroma, Sesak di dada
Uap yang mengepul mulai sirna
Tak ada yang abadi
Tak ada yang tak berubah
Sosialis berubah menjadi apatis
Seperti liquid buah berubah menjadi uap
Lhoh? Padahal rencananya gue mau bilang kalo vapor itu gak puitis-able deh. Tapi kok kayaknya oke-oke aja ya?
Yaudahlah ya.