Salah Jurusan, no Problem!
Jumat, Maret 27, 2015Mungkin sangat telat gue bahas ini. Tapi postingan ini diinisiasi oleh sebuah postingan dari Windu Jusuf (link >> Salah Jurusan) yang gue baca dua hari lalu. Windu membahas soal bagaimana singkatnya waktu memilih jurusan ketika lulus SMA dulu, dan sedikit 'cekcok' dengan orang tua perihal jurusan yang sudah dipilih. Banyak alasan untuk menolak dan menerima suatu jurusan yang tersedia dikampus-kampus negeri maupun swasta. Cara masuk yang mulai dari SPMB (jaman gue sih namanya gitu, mungkin sekarang SMNPTN?) hingga UM masing-masing universitas.
Bagaimanapun, sebenarnya rentang waktu untuk memilih jurusan gak begitu singkat. Setidaknya ada dua tahun untuk memikirkan masa depan. Contohnya teman-teman sekelas gue, di International Class angkatan pertama di SMA Negeri 2 Tasikmalaya. Rata-rata dari mereka sudah mempunya tujuan masing-masing. Dari 36 siswa, sudah ada yang ingin masuk ke Kedokteran, ada yang Teknik Fisika, Kimia, STAN, STT TELKOM, dan kebanyakan mengincar universitas di ibukota terdekat, yaitu Bandung. Misalnya UNPAD, ITB, UNJANI, dll. Dua tahun lamanya mereka sudah mempersiapkan diri dengan menekuni mata pelajaran yang berkaitan dengan jurusan impiannya ketika itu. Dan semangatnya, mengerikan!
Tapi mungkin ada satu siswa kelas internasional yang bahkan gak punya tujuan samasekali. Itu gue. Hahahaha. Ketika mereka bisa menjawab pertanyaan "mau kuliah dimana?" dengan tegas, gue malah gak bisa jawab, atau jawab asal-asalan. Begitu naik kelas 3 SMA, gue mulai galau karena gue masih juga belum menemukan jurusan apa yang sebenarnya ingin gue inginkan. Tapi, setelah sharing dengan teman sebangku dan pacar gue ketika itu, gue akhirnya memutuskan untuk masuk jurusan Arsitektur, karena itulah keinginan mereka. Jadi bisa dibilang, gue nyolong mimpi mereka. Waw, keren ya Arsitektur! Iya, ketika itu keren banget, gak tau sekarang gimana. Bulan februari 2007 gue udah terdaftar dalam list mahasiswa baru di jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Dari yang gak punya pilihan apa-apa, gue malah jadi siswa pertama di SMA itu yang sudah pegang jaminan kuliah dimana setelah lulus nanti. Hehehehehe.
Arsitektur bukan hal yang sudah gue riset isinya bagaimana dan profesi arsitek itu seperti apa. Jalanin aja. Dan bagusnya, dari 2007 hingga 2012, setiap semesternya gue mendapat kalimat "ketoke kowe salah jurusan deh" dan gue sendiri mengakuinya. Hal itu disebabkan oleh hobi gue yang justru lebih ahli dalam menguasai software, gue mendalami dunia menulis juga, dan sekarang, selain proyek arsitektural, gue juga terlibat di proyek-proyek periklanan (karena gue juga jadi animator 2D dan 3D). Aneh gak sih?
Gak aneh juga sih. Ada salah seorang dosen S1 gue, dan abang-abang angkatan gue yang bilang "kalau kesasar di jurusan arsitektur itu tenang aja, karena lulusnya bisa jadi apa saja.". Hell yeah, itu membingungkan. Dulunya gue berpikir bagaimana mungkin dengan kuliah di satu jurusan, membuka peluang dibanyak bidang. Ternyata kata-kata mereka tepat dengan apa yang gue alami. Bahkan sebelum lulus gue udah jadi 3D artist andalan di dua kantor magang, dan setelah lulus gue dipanggil ke Jakarta untuk jadi animator sebuah proyek dokumenter sebuah PH film. Salah jurusan selama lima tahun bukan hal yang negatif buat gue.
Kok bisa kesasar bukan hal yang negatif? Karena sepanjang lima tahun itu, waktu gue habiskan untuk eksplorasi apa-apa saja yang gue gak tau. Ngoyo? iya! Itu gue. Selama lima tahun gue pelajari arsitektur di kampus dan hal-hal yang gak ada hubungannya dengan arsitektur diluar kampus. Kegiatan mahasiswa yang masih ramai diikuti mahasiswa, kepanitiaan dengan mahasiswa yang solider banget, sharing-sharing dengan alumni yang gak jarang, teman-teman di sosial media dan online seller, semuanya punya andil dalam 'mempositifkan' kesasar gue. Dengan sekian banyak yang gue tau, gue makin tau kalau yang gue gak tau itu masih banyak banget. Jelas gue makin ngotot dalam mempelajari banyak hal. Dan beruntungnya, gue bisa memanfaatkan keadaan dimana kebutuhan-kebutuhan mahasiswa dan arsitek yang masih langka demi mempermudah pekerjaannya. Gue jualan barang-barang yang mereka butuhkan. Gue mendalami sifat-sifat dasar mahasiswa (temen-temen gue) untuk ngerti tipikalnya, dan bisa membuat hal yang dia butuhkan, lalu menjualnya.
Di dunia arsitektur sendiri, ketika itu 3D masih berupa barang mahal karena masih jarang yang menekuninya. Hingga lama-kelamaan, 3D menjadi syarat utama dalam simulasi visual setiap karya arsitektur, dan kini sudah banyak sekali software-software yang friendly use. Ya gue gak punya pilihan selain upgrade diri sendiri dengan mempelajari animasi arsitektur. Dan sekarang gue sudah mencapai level yang cukup diatas temen-temen gue dibidang animasi arsitektur. Dari situ aja, pemasukan gue juga aman-aman aja kok. Memang bukan sebagai arsitek (Tuh kan!). Iyaiya, memang gue masih mendesain bangunan, tapi proyek desain gak lebih banyak daripada permintaan visualisasi.
Lima tahun salah jurusan. Tahun pertama ngomongin bentuk-bentuk bangunan dengan struktur-strukturnya. Tahun kedua membahas bangunan multi-fungsi dan sejarah arsitektur, ketika temen-temen gue sudah punya arsitek idola, dan gue enggak. Temen gue udah mulai hilang satu persatu juga nih, baik yang pindah jurusan atau malah gak lanjutin kuliah lagi karena gak sanggup beratnya studi di arstektur (ngakunya sih gitu, padahal gak seberat itu juga kayaknya). Tahun ketiga ngomongin tektonika dan harga bangunan. Serta ditahun ke empat ngomongin pengembangan kawasan, dan temen-temen gue mulai lulus satu persatu, sedangkan gue malah jadi asdos (ternyata qualified dan lulus tes) dan magang disana sini. Tahun kelima cuma muncul di kampus untuk bimbingan aja, bimbingan magang dan bimbingan tugas akhir. Memang salah jurusan, tapi daripada ngambang, kenapa gak tenggelam sekalian?
Salah jurusan itu wajar aja kok, gak mungkin kita terus-terusan benar dalam memilih padahal kata Avenged Sevenfold aja "our life is made up of choices" di lagu Nightmare. Sekian banyak pilihan dalam hidup, ya rata-rata sih salah milih ketika milih jurusan. Kata Windu, singkatnya waktu itu seperti didesak cepet-cepet nikah dan kalau gak cocok, proses perceraiannya bisa sampai empat tahun karena mempertimbangkan masalah biaya dan sosial. Hei hei, gak harus seironis itu juga sih. Kalau lo kesasar dan kecil kemungkinan untuk pindah jurusan, ya jangan dijadiin beban, tenggelem aja sekalian di jurusan itu. Percayalah, gak ada jurusan yang gak bermanfaat dan gak dibutuhin orang banyak. Kalau perlu, ikutin jejak gue. S1 arsitektur, dibilang salah jurusan, tapi sekarang gue sedang studi S2 di jurusan yang sama di UGM. Apa salahnya? Arsitektur bisa jadi background knowledge gue dalam menjalani hidup dan profesi apapun gue nanti.
Salah jurusan tidak melulu hal yang negatif. Positif atau negatifnya hal itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kalau bawaannya udah gak semangat atau terlalu dijadikan beban, ya hal seenteng apapun lo pasti akan ngeluh. Yang gue yakini, setiap hal negatif pasti masih punya kandungan positif begitu juga sebaliknya. Jadi kenapa kita gak eksplorasi hal itu sehingga tau positif dan negatifnya agar bisa memanfaatkan hal itu secara optimal? Think smart, dude.
Salah jurusan... hemmmm... apalagi yang bisa gue katakan tentang ini ya... Salah jurusan itu... come on, it's not your life disaster. Terima keadaan, pelajari keadaan, manfaatin keadaan. Bukannya buntung malah untung. Jalaninnya gak seberat yang lo pikirkan deh. Ngutip lirik Avenged Sevenfold : "I've been there before" karena ya gue juga korban salah jurusan, tapi malah enjoy. Hehehehehehe.
Tapi berhubung gue adalah seorang yang toleran, maka gue gak akan maksa untuk bisa kayak gue yang hepi-hepi aja walaupun salah jurusan. Oleh karen itu, gue setuju dengan komentar mbak Maria Adriani dipostingan Facebooknya (doi dosen gue dikampus, dan dosen penguji gue waktu tugas akhir juga,, hehehe) "Apakah...kamu termasuk yang salah jurusan dan terjebak dengan urusan php 4 tahun? Udah, putuskan aja !" hehehehehe.
* * * * *
Dwindown, 2015
image source:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7KVemlahMfOdHlsWVEUwE4oVS6N2a1wsdoG1_Xk-ibjWj7qJofrpa6FWDI_lW4vfm3JdnSENt7V3BhRhUiwCfU35CW1JiwD2kDjBq1E7owtxdW5FY38gfScWYg6SCTNgTwbl21Rkmrfo/s1600/topil_jgn_salah_pilih_jurusan.jpg
0 comments