Mati karena Cinta

Kamis, Desember 13, 2012


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpwT-wfdEaowww2ZyKPWGuamvwGnnu4kpV28HV0rAAaN6EKegGc4MqnfUjq2IvRIwa4RoDKi-S5aGyFld8ZR4J8O66x9j7e3bxh_u3FZS4XKYBDv-TbQBV29ORyjOaILTugWG_5T-xkCQ/s1600/02082011%2528005%2529.jpg


Mungkin hal yang akan gw bahas bukanlah hal baru, tapi juga bukan hal yang sudah ditinggalkan oleh orang-orang yang tidak menggunakan otaknya untuk berfikir.

Digambar ilustrasi diatas, terlihat ada tangan yang bertuliskan “I WILL ALWAYS LOVE U”. Apa cinta yang menyebabkan orang tersebut menggores tangannya menggunakan silet? Hahahaha. Itu bukan cinta, Sob. Itu juga bukan bukti cinta. Cinta itu memang memerlukan pengorbanan, tapi bukan hal bodoh seperti itu yang dimaksud. Cinta memang sakit, tapi bukan menyakiti diri sendiri seperti itu.

Orang-orang yang seperti itu akan melukai dirinya sendiri dan berharap hal tersebut membuat pasangan yang dia cintai terharu dengan pengorbanannya. Lantas pasangannya akan semakin cinta dengan dia karena melihat pengorbananannya yang sedemikian rupa. Bodoh. Seandainya gw punya pasangan kayak gitu, mending gw buang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir, biar didaur ulang dipabrik. Mana tau reinkarnasinya bisa lebih cerdas dari itu. Hahahahaha.

Kenapa gw bilang bodoh? Jelas aja. Dia mengharapkan cinta dan kasih sayang dari pasangannya, sedangkan dia tidak cinta dan sayang pada dirinya sendiri. Gw rasa bukan hal yang pantas dan imbang.

“Lebih baik aku mati daripada harus putus denganmu! Jangan putuskan aku atau aku bunuh diri!” << ini ancaman yang tidak bakal mempan untuk gw. Silakan bunuh diri dan yang jelas gw gak bisa disalahkan atas kematian lo. Jadi, wahai para pecinta, jangan pernah takut dengan ancaman seperti ini. 

Coba kita pikir baik-baik. Kalau dia bunuh diri, itu bukan karena cinta walaupun dia mengaku seperti itu. Bunuh diri atau tidak adalah pilihan. Karena sebelum memutuskan bunuh diri, dia punya kesempatan untuk berfikir secara logika, apakah masalah akan selesai atau malah bertambah dengan kematiannya itu. 
BERFIKIR adalah kerja OTAK. Jelaslah ini bukan tentang cinta lagi, tapi nafsu. Harapan dicintai tidak lagi pantas untuk didapatkan oleh orang seperti ini, karena dia tidak mencintai dirinya sendiri. Sekurang-kurangnya, setidaknya ada satu orang yang peduli akan dirinya. Dia sendiri. Ketika dia tidak mampu mencintai dirinya, maka habislah sudah. Tidak ada lagi yang mau dan pantas mencintai dia.

Dia juga punya kesempatan untuk berfikir secara agama. Bagaimana tanggungjawabnya yang telah diberi kehidupan oleh Sang Pencipta. Agama mengajarkan untuk mencintai diri sendiri. Bukan bermaksud untuk SARA, tapi berhubung gw Islam, gw cuma bisa ngasih contoh dalil dari agama Islam. Mohon maaf bagi pembaca yang non-Islam. Islam mempersilakan bahkan menyarankan para Muslim yang berpuasa untuk segera membuka puasanya ketika bepergian. Kalau kita berfikir lebih lanjut, Islam tidak memperbolehkan manusia untuk membahayakan dirinya sendiri. Bepergian pada masa itu merupakan kegiatan yang menghabiskan banyak energi karena harus menempuh jarak menggunakan unta atau kuda. Ini hal yang sepele bila dibandingkan dengan topik kita. Berpuasa saat bepergian saja sudah termasuk membahayakan diri, apalagi bunuh diri. Kalau memang siap mati, kenapa gak pergi berperang aja di Palestina? Kenapa harus mati karena cinta terhadap manusia yang menyesatkan, sedangkan ada cara mati karena cinta yang lebih baik? Yap, berjihad adalah mati karena cinta kepada Sang Pencipta. Lebih baik kan?

Ini lah yang jadi bahan pemikiran gw saat gw mutusin pasangan gw dan dia mengancam untuk bunuh diri, gw malah makin yakin untuk berpisah dengan dia. Karena dia bukan orang yang gw cari. Dia orang yang tidak sayang pada dirinya sendiri dan bahkan dengan agamanya. Kalau berfikir lebih jauh lagi tentang hubungan, seandainya gw sampai nikah dengan orang kayak gitu, akan ada pertanyaan seperti "Mau jadi apa anak gw nanti kalo ibunya aja kayak gini?"

You Might Also Like

2 comments