Asisten Dosen - Asdos
Jumat, Maret 16, 2012sumber : http://www.edwardssurfacing.co.uk/picts/consult.jpg |
Semua orang mempunyai perasaan dalam hatinya dan pemikiran dalam otaknya. Masing-masing memiliki batas asumsi dan toleransi. Dan setiap orang juga memiliki cara sendiri dalam menyampaikan dan menanggapi sesuatu, baik hal yang serius maupun hanya candaan. Hal-hal tersebut juga terjadi pada diri gw sendiri, gw pikir itu semua manusiawi. (Dwindi, 2012)
Gw pernah jadi asisten dosen, tugasnya adalah menemani mahasiswa tahun 1. Banyak hal yang kupelajari dari beberapa asdos gw dulu. Ada yang sangar setengah mati, ada yang baik taraf keterlaluan. Gw liat cara mereka membimbing gw dan temen-temen gw yang saat itu masih ada di tahun 1 dan tahun 2. Mereka juga memiliki cara membimbing dan mendidik mahasiswanya, wajar. Dan ternyatahal ini mempengaruhi mindset mahasiswanya.
Gw coba klasifikasikan tipe-tipe asdos berdasarkan cara menemani para mahasiswa, yang mungkin hasilnya jadi seperti ini:
- Kunci Jawaban, Asdos tipe ini akan menjawab segala pertanyaan mahasiswa mulai dari pertanyaan bermutu sampai pertanyaan gak bermutu. Tipe ini selalu merespon keingintahuan mahasiswa dengan menjawab apa adanya sesuai pertanyaan yang muncul kapanpun dan dimanapun (email, sms, telepon, social network).
- Mind Mapper, Asdos tipe ini senang mengelompokkan permasalahan. Ketika ada mahasiswa datang untuk berkonsultasi, asdos ini akan membantu mengarahkan mahasiswa untuk berfikir mengenali permasalahannya. Mahasiswa tidak mendapatkan jawaban pasti dari pertanyaannya, namun mahasiswa mendapatkan celah/ jalan keluar untuk penyelesaian masalahnya sendiri.
- Pembunuh, tipe ini sudah pasti masuk daftar blacklist mahasiswanya. Ketika ada mahasiswa yang berkonsultasi, asdos tipe ini akan menghina karya / buah pikiran si mahasiswa. Dan lebih parahnya lagi, banyak asdos tipe ini yang tidak memberikan solusi (jawaban atau arahan) setelah menghina-hina karya mahasiswanya.
- Multi-character, nah ini yang penuh teka-teki. Asdos tipe ini memiliki poin 1 sampai 3 dalam menghadapi mahasiswanya, sehingga responnya terkadang tidak terprediksi oleh mahasiswa. Ada poin positif dari tipe ini, yaitu metodenya. Awalnya asdos akan membicarakan bahkan menghina kekurangan-kekurangan yang terdapat pada karya mahasiswa. Setelah itu asdos mulai mengarahkan pikiran mahasiswa untuk mengelompokkan masalah dan menemukan solusi. Terkadang asdos akan memberikan jawaban langsung.
killing - mapping - solving
Killing, merupakan hal pertama yang gw lakukan untuk menyadarkan mahasiswa akan kekurangan dan kesalahannya. Harapan gw mereka kapok untuk melakukan kesalahan yang sama dan dapat berusaha untuk berkarya lebih baik lagi sehingga asistensi berikutnya karyanya tidak di kill lagi.
Mapping, setelah mahasiswa tau kekurangannya dimana, gw coba untuk membantu mengarahkannya agar lebih mengelompokkan ide-idenya agar desain yang dia buat tidak asal nempel. Disini gw terkadang mengulang teori yang sudah disampaikan dosen dikelas, tujuannya agar mahasiswa ingat lagi target apa yang harus dia capai dalam tugas minggu itu. Sehingga desainnya itu sesuai dengan materi yang telah disampaikan.
Solving, ini gw lakukan ketika mahasiswa masih juga tidak dapat menyelesaikan permasalahan dalam desainnya sendiri setelah dia mengelompokkan permasalahannya. Kapasitas dan kualitas masing-masing orang kan berbeda. Jadi gw bantu dia sampai penyelesaian permasalahannya. Harapan gw, dia bisa solve masalah yang ada pada tugas berikutnya. Itu kan namanya kemajuan, hehehe.
Tapi ingat kawan, asdos juga manusia. Asdos masih sering terjebak kata "khilaf". Terkadang ketika ada mahasiswa yang menanyakan hal ber-tipikal sama setiap minggunya dan pertanyaan yang disampaikan tidak bermutu, asdos bisa juga terpancing emosinya yang terpicu oleh rasa kecewa, bosan dan malas menghadapi si mahasiswa tersebut. Apalagi sampai menantang kemampuan asdos.. pengalaman pribadi nih ditantang mahasiswa untuk mendesain sesuai tugas minggu itu, dan mungkin karena emosi (kok sempet2nya ada yang berani nantangin kemampuan asdos yang telah lolos seleksi pihak jurusan), gw bisa selesaikan konsep desainnya tidak sampai 1 menit dan hasilnya memenuhi target pencapaian tugas saat itu.
Asdos juga dituntut untuk profesional dalam bersikap. Asdos sudah seharusnya membedakan sikap ketika asistensi dan ketika nongkrong. Ketika asistensi sudah sepantasnya mendapat suasana berfikir, sehingga candaan-candaan sementara dikurangi semaksimal mungkin agar tidak mengganggu otak berfikir. Tapi ketika asistensi selesai, silakan bercanda kembali untuk mencairkan suasana yang sempat serius tadi.
Antara asdos dan mahasiswa sering terjadi kesalahpahaman. Manusiawi kok. Asdos membimbing dengan caranya sendiri, dan mahasiswa juga merespon dengan caranya sendiri. Ketika ada asdos yang gak lo suka, coba cari tau maksudnya. Mana tau dibalik caranya yang "kasar" ada maksud baik demi kebaikan lo juga. Kalo lo gak bisa ngerti juga, ajak asdosnya bicara tentang caranya membimbing "Kenapa seperti itu?" "Apa harus seperti itu?" dll..
Untuk seorang mahasiswa yang dulu gw bimbing, gw baru tau kalo lo sakit hati karena cara gw setelah iseng-iseng baca blog lo. Gw minta maaf atas sikap gw dulu. Semoga lo nemuin jawaban sakit hati lo dari postingan ini. Karena pada dasarnya postingan ini memang ditulis untuk merespon opini lo tentang gw dan mungkin asdos-asdos lainnya. Postingan ini juga menjadi bingkisan permintaan maaf gw untuk lo, semoga lo bisa terima dan memaafkan gw setulus hati lo. Maaf dan terimakasih ya Dek! :)
0 comments